Di hadapan Tipatma, Mensos meminta Kepala Sentra Margolaras Pati Jiwaningsih untuk segera berkoordinasi dengan aparat desa setempat untuk menghitung kebutuhan anggaran renovasi rumah.
Seperti diketahui, Tipatma hidup bersama 3 anak dan 1 cucunya yang disabilitas di gedek (bilik bambu) dan beralaskan tanah berukuran 3 x 6 meter.
Sejak anak-anaknya kecil, rumahnya tidak banyak perubahan, bahkan masak masih menggunakan tungku kayu. Tidurpun hanya beralaskan tikar dan ranjang sederhana terbuat dari bambu.
Sebagai orangtua, Tipatma amat menyayangi anak-anaknya bagaimanapun kondisinya.
"Saya ikhlas merawat mereka, dari kecil sampai dewasa sekarang, bahkan saya rawat juga cucu saya," katanya.
Ia juga mengaku tidak takut menghadapi berbagai kesulitan ini. Ia yakin selalu ada rezeki.
"Allah pasti kasih rezeki, walau sedikit harus bersyukur," ucapnya.
Tipatma merawat 4 anggota keluarganya yang merupakan penyandang disabilitas. 3 anak perempuannya yaitu, Tijeh (47 tahun), Kulsum (34 tahun) dan Toyyibeh (32 tahun) sejak usia 1 tahun mengalami disabilitas rungu wicara.
Sedangkan 1 cucu dari Tipatma yang merupakan anak Tijeh, Musarrofah (30 tahun) sejak kecil mengalami celebral palsy.
Tipatma sehari-hari bekerja menggembala sapi miliknya dan bertani. Untuk makan sehari-hari, ia biasa dibantu oleh saudara dan tetangga sekitarnya. Suami telah lama meninggal dunia.
Mendengar kabar ini, Mensos memerintahkan jajarannya memberikan apresiasi, semangat dan bantuan kepada Tipatma yang sudah ikhlas mengasuh dan membesarkan anak dan cucunya yang mengalami disabilitas.