JAKARTA - Tak ada yang menyangka, hanya dalam beberapa dekade penduduk Korea berubah dari masyarakat pemegang cangkul menjadi pengguna teknologi tinggi. Bagaimana perubahan secepat itu mungkin dilakukan?
Pada sebuah malam di Restoran Ttobagi khusus pengemudi di distrik Gwanak, Seoul, saya diam-diam menyalakan penghitung waktu setelah mencatatkan pesanan.
BACA JUGA:Bekali Pengurus Partai Perindo, KPK: Melanjutkan Perjuangan Para Pahlawan
Pelayan yang berjalan dengan santai kembali ke meja saya dengan membawa kimchi dan sajian pendamping lainnya hanya dalam dua menit dan 20 detik kemudian.
Sekitar satu setengah menit setelah itu, mangkuk tanah liat yang berisi ppyeodagwi haejangguk (sup penghilang sakit kepala setelah kebanyakan minum yang terbuat dari tulang punggung babi) dengan asap mengebul diletakkan di atas meja.
Pelayanan seperti ini cukup luar biasa, apalagi Korea Selatan bukanlah negara yang mewajibkan pemberian tip.
Yang lebih istimewa lagi, pelayanan di Ttobagi, tempat yang sederhana dan biasa menjadi tempat makan para sopir taksi, tidak lebih cepat dibandingkan tempat-tempat lainnya.
Ketergesa-gesaan yang rutin sudah mendarah daging dalam budaya masyarakat Korea Selatan, dan ini terlihat dengan jelas di ibu kota negara tersebut.
Bahkan ada istilah khusus untuk keterburu-buruan itu, budaya ppalli-ppalli.
Ppali biasanya diterjemahkan menjadi 'cepat' atau 'buru-buru', dan diucapkan dengan tekanan pada konsonan pertama, seperti saluran vokal Anda tengah direntangkan kemudian dilepaskan seperti karet gelang.
Kecenderungan ppalli-ppalli ini bisa terlihat dari kecepatan internet di Korea Selatan yang unggul di dunia, kelas bahasa intensif yang menjanjikan hasil hampir instan, dan acara-acara kencan kilat.
Berbagai ruang pesta mewah yang bisa mengadakan upacara pernikahan selama berjam-jam sepanjang akhir pekan.
Ppalli-ppalli juga menjadi slogan bagi ribuan pemotor pengantar makanan yang siap menyiasati aturan lalu lintas - selain juga hukum fisika, tampaknya - untuk bisa mengantarkan pesanan dengan cepat.
Untuk menyainginya, McDonald's, yang unggul di pasar makanan cepat saji, mulai membuat 'pasukan' skuter pengantarnya sendiri di Korea Selatan pada 2007.
Tetapi, tak berapa lama lalu, saat mereka masih menjadi negara agraris, Korea tak secepat ini.
Pada 1960, sekitar 72% populasi negara tersebut hidup di pedesaan. Lalu bagaimana mereka bisa dengan cepat beralih dari menanam padi ke mengunduh torrent hanya dalam beberapa dekade saja?
Warga negara naturalisasi Korea, Gary Rector, datang ke Seoul sebagai relawan Korps Perdamaian pada 1967.
Menurutnya, "Saya ingat bahwa saat itu saya terkejut karena sebelum saya datang ke sini, saya mendapat bayangan stereotipikal bahwa mereka akan sangat santai, bermeditasi, dan menjalani hidup dengan lambat. Dan ternyata saya mendapati bahwa mereka bahkan lebih sering terburu-buru daripada orang Amerika. Orang-orang yang tua memang lebih lambat, tapi orang seusia saya - dan saat itu saya 24 tahun - sangat sibuk bergerak dan berusaha untuk meningkatkan gaya hidup mereka," katanya seperti dinukil dari BBC, Kamis (18/8/2022).