Kerusakan alam yang kini terjadi mencerminkan bagaimana negara-negara miskin seringkali harus membayar harga mahal untuk perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh negara-negara yang lebih maju. Sejak tahun 1959, Pakistan hanya bertanggung jawab atas 0,4 persen emisi CO2. Sementara Amerika Serikat menyumbang 21,5 persen dari total emisi, disusul oleh China dengan 16,5 persen, dan Uni Eropa yang berkontribusi sebesar 15 persen pada emisi CO2 dunia.
“Iklim tidak mengenal batas dan dampaknya dapat dirakan secara tidak proporsional,” ujar Rehman.
“Ketika Anda melihat sistem tekanan yang rendah datang dari Teluk Bengal, hal itu menghantam kami lebih buruk dibanding negara-negara lain. Jadi kita berada di garis depan dalam krisis global ini.”
Otoritas Manajemen Bencara Nasional mengatakan banjir pada musim panas kali ini telah menewaskan lebih dari 1.136 orang dan melukai 1.636 lainnya. Lebih dari satu juta rumah hancur akibat banjir tersebut.
Hingga laporan ini disampaikan, setidaknya 498.000 orang di negara berpenduduk 220 juta jiwa ini masih berada di kamp-kamp pengungsian.
(Rahman Asmardika)