Di Tanah Batue sudah ada satu kompi dengan komandan Lettu Rahman. Belum lama Soegito bergabung di kompi ini, Letnan Rahman mendapat cuti dari tugas, yang otomatis menempatkan Soegito sebagai komandan kompi pengganti. Kondisi serupa juga dialami Soetedjo dan mungkin beberapa perwira yang lainnya. Sepertinya sudah menjadi kebijakan dari komando atas untuk mengistirahatkan komandan kompi, supaya memberikan kesempatan kepada para perwira remaja mendapatkan pengalaman operasi tempur.
Saat mengunjungi kompinya, komandan batalion Mayor Andi Bustam menenangkan Soegito agar tidak khawatir karena semuanya sudah berjalan. Soegito hanya tinggal meneruskannya. Ingat pesan Kolonel Moeng sebelum berangkat untuk memanfaatkan kesempatan penugasan dengan mencari pengalaman tempur sebanyak mungkin, dia berinisiatif bergabung dengan peleton yang memiliki kemungkinan kontak tembak paling tinggi.
Kesempatan itu tiba. Terdapat gerombolan yang dicurigai pengikut Kahar Muzakkar, dalam perjalanan ke sebuah lokasi yang belum diketahui. Dibutuhkan waktu beberapa hari untuk menjangkau posisi gerombolan ini.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Soegito langsung memutuskan bergabung dengan peleton pemburu yang disiapkan. Di dalam dirinya hanya ada semangat stoottroepen untuk memburu dan mendapatkan target. Pengalaman operasi yang akan meninggalkan kesan terdalam baginya kelak.
Setelah beberapa hari menelusuri hutan dan sempat kembali merasakan sakit di bagian kakinya, peleton ini tiba di sebuah lokasi yang rupanya tidak jauh dari posisi gerombolan yang diburu. Kontak tembak langsung terjadi. Posisi Soegito yang agak di belakang, menyulitkannya untuk mendapatkan keterangan detail posisi musuh dari komandan regu atau komandan peleton. Tiba-tiba saja terlihat dua orang berlari dari balik pepohonan sambil membawa senjata. Reflek, Soegito langsung memberondongkan AK-47 ke arah dua laki-laki itu.