BRUSSELS – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan kepada Moskow pada Selasa (11/10/2022) bahwa pihaknya memperingatkan serangan terhadap infrastruktur penting di Ukraina sekutu akan direspons dengan "tanggapan yang bersatu dan ditentukan" dan juga memantau kekuatan nuklir Rusia dengan cermat karena negara itu "kalah di medan perang" di Ukraina.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa sementara aliansi pertahanan tidak melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia, pihaknya waspada dan akan melanjutkan latihan kesiapsiagaan nuklirnya sendiri pada minggu depan.
"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk bersikap tegas dan menjelaskan bahwa NATO ada di sana untuk melindungi dan membela semua sekutu . Ini akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang telah lama direncanakan karena perang di Ukraina," terangnya, dikutip Reuters.
Dia mengacu pada latihan tahunan "Steadfast Noon", di mana angkatan udara NATO mempraktikkan penggunaan bom nuklir AS yang berbasis di Eropa dengan penerbangan pelatihan, tanpa senjata hidup.
Baca juga: Awasi Nuklir Rusia, NATO Akan Produksi Senjata Lebih Banyak karena Persediaan Menipis Akibat Perang
"Ini adalah latihan untuk memastikan bahwa penangkal nuklir kami tetap aman, terjamin dan efektif," ujarnya pada konferensi pers menjelang pertemuan dua hari para menteri pertahanan aliansi Barat di Brussels.
Dia mengatakan kekuatan militer NATO adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Rusia, yang telah membuat ancaman terselubung menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina, yang diserbu pada 24 Februari laliu.
Stoltenberg juga berjanji untuk meningkatkan perlindungan infrastruktur penting dalam menanggapi serangan terhadap pipa gas Nord Stream, mengatakan NATO telah menggandakan kehadirannya di Baltik dan Laut Utara menjadi lebih dari 30 kapal yang didukung oleh pesawat terbang dan kegiatan bawah laut.
"Kami akan lebih meningkatkan perlindungan infrastruktur penting sehubungan dengan sabotase jaringan pipa Nord Stream," katanya.
Hingga saat ini, masih belum jelas siapa yang berada di balik serangan terhadap jaringan pipa tersebut.
(Susi Susanti)