Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Penyebab Banjir Bandang di Lebak Selatan Diduga karena Rusaknya TNGHS

Tim Okezone , Jurnalis-Rabu, 12 Oktober 2022 |21:44 WIB
 Penyebab Banjir Bandang di Lebak Selatan Diduga karena Rusaknya TNGHS
Ketua Koordinator KUMALA, Mambang (foto: dok pribadi)
A
A
A

LEBAK - Ketua Koordinator KUMALA (Keluarga Mahasiswa Lebak), Mambang Hayali menyatakan, banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Lebak Selatan baru-baru ini, bukan hanya disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi.

Menurutnya, banjir bandang yang kesekian kalinya terjadi dan telah merugikan masyarakat Lebak tersebut merupakan dampak dari kerusakan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

"Bukan dampak alam seutuhnya, harus dipetakan dari hulu ke hilir. Sudah jelas kan, karena kerusakan TNHGS ini diduga menjadi penyebab terjadinya kenaikan air dan akhirnya menerjang TNHGS sebagai benteng pertahanan hingga kemudian menjadi bencana banjir bandang,” tuturnya kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (12/10/2022)

 BACA JUGA:Banjir Kembali Menerjang Lebak, Rumah Dikepung Air Setinggi Orang Dewasa

Ratusan hektar Taman Nasional yang terbentang di kawasan Gunung Halimun dan Gunung Salak telah rusak. Sebagai benteng pertahanan yang seharusnya tetap dijaga kelestariannya, diungkap Mambang, telah dialihfungsikan menjadi lokasi pertambangan baik legal maupun ilegal akibat terjadinya regulasi yang salah.

“Berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang disusun pemerintah, terdapat 859 hektar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang difokuskan menjadi lahan pertambangan. Ini (alih fungsi) adalah inti persoalannya," tuturnya.

Ia melanjutkan, persoalan banjir bandang yang kerap terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Lebak bukan main-main, sehingga harus disikapi secara serius. Menanggapi kondisi kerusakan alam yang semakin kritis ini, KUMALA pun mendesak agar Bupati Iti Jayabaya beserta jajaran mengkaji ulang Grand Design Pembangunan Kabupaten Lebak. Untuk itu, ia berharap bupati dan pihak terkait mau terbuka untuk mendengarkan masukan dari KUMALA.

 BACA JUGA: Curah Hujan Tinggi, Kabupaten Lebak Diterjang Banjir dan Longsor

"Intinya ingin mengajak Ibu Iti sama-sama mengkaji ulang persoalan lingkungan ini, bahwa ini adalah persoalan yang sangat serius," sambungnya.

Adapun solusi yang ditawarkan KUMALA adalah mengkaji ulang grand design pembangunan, khususnya memfokuskan kawasan pertambangan, salah satunya yang terletak di kawasan Cibeber serta kawasan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) yang telah beralih fungsi.

“Kami menyampaikan apa yang menjadi gagasan kami bahwa pesoalan banjir ini bukan mainan, tetapi menyangkut hajat hidup banyak orang. Untuk menyelesaikan ini dibutuhkan tangan-tangan pemerintah dan kami akan mendorong untuk hal itu,” katanya.

Tokoh muda Lebak ini menambahkan, KUMALA sedang mengumpulkan data di lapangan yakni masyarakat para korban bencana untuk kemudian dikaji secara geologis. Dengan hasil kajian keilmuan tersebut, diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah dan legislatif dalam menetapkan regulasi dalam rangka mencegah peristiwa serupa kembali terulang pada masa yang akan datang.

“Kami tidak ingin dicap sebagai generasi yang banyak mengeluh, tapi mari kita cari solusi. Untuk memperkuat data yang kami dapat, kami akan tindaklanjuti dengan mengkaji secara geologi, karena menurut kami peristiwa ini disebabkan oleh bobolnya bentengan alam akibat pertambangan. Intinya itu sih,” katanya.

KUMALA, dikatakan Mambang akan berkomitmen untuk secara konsisten mengawal penanggulangan sekaligus bencana demi kepentingan hajat hidup warga Lebak, khususnya para korban yang kini sedang menghadapi kesulitan akibat bencana banjir bandang.

“Persoalan banjir bandang ini merupakan kepentingan KUMALA dan orang banyak, masyarakat di Lebak. Kami akan kawal ini karena prinsip kami, Khoirunnas Anfauhum Linnas yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberi manfaat bagi orang lain,” ucapnya.

Bagi KUMALA, tegas bahwa bencana alam yang merugikan masyarakat ini, bukan hanya sekadar selesai dengan kunjungan seremonial ke lokasi banjir, mendirikan bantuan dapur umum atau bantuan darurat atas nama kemanusiaan lainnya, tetapi harus diselesaikan dari akar persoalannya.

“Bantuan datang, tapi berikutnya terulang lagi, bahkan datang lebih parah lagi, akan sampai kapan masyarakat harus menjadi korban. Apa yang sudah dibangun bisa kembali rusak jika tidak dibenahi dari hulunya,” kata Mambang Tegas.

Kerusakan Taman Nasional Akibat Pertambangan

Rusaknya benteng pertahanan air yang berada di hulu akibat alih fungsi, seperti diungkapkan Mambang, telah menjadi lahan pertambangan menjadi penyebab air meluap an akhirnya menerjang pemukiman warga.

“Kita bicara geostrategis. Dimana bicara geografis ini adalah tentang lokasi sedangkan, strategisnya itu tentang kebijakan. Ini akan mengerucut dan berupusat di Taman TNGHS. Kenapa sungai meluap dan berdampak terhadap pemukiman yang ada di Bayah, Cibayah, Cibeber, Cilograng dan sekitarnya bukan sekedar curah hujan yang tinggi,” ucapnya.

Peristiwa banjir menerjang Lebak Selatan yakni di Kecamatan Bayah, Cibeber, Cilograng, Panggarangan dan Cigemblong terjadi pada Minggu(9/10/2022). Tidak hanya itu, banjir bandang kembali menerjang pada Selasa (11/10) kemarin, akibatnya Jembatan Cimadur Legon di Bayah hanyut terbawa arus hingga akses jalan terputus dan mengakibatkan ribuan warga terisolir.

Meskpun tidak menimbulkan korban jiwa, bencana ini mengakibatkan sejumlah bangunan rumah, mesjid, dan lainnya hanyut dan tidak kurang dari 200 warga Bayah dan sekitarnya terpaksa harus dilarikan ke lokasi pengugungsian darurat.

Lebih lanjut ia menyatakan, KUMALA saat ini turun langsung ke lapangan untuk memperkuat data, organisasi kemahasiswaan ini juga secara serius mencermati penyebab munculnya bencana alam yang telah merugikan warga Lebak Selatan.

“Kami akan mendata perusahaan-perusahaan yang beroperasi di di hulu atau di TNGHS dan data para pelaku tambang pasir di Kabupaten Lebak yang diduga turut bertanggung-jawab atas terjadinya kerusakan alam,” tuturnya.

Ketika ditanya apakah pengusaha galian pasir di Lebak yang kian merajalela juga menjadi bagian dari target KUMALA berikutnya. Mambang menjawab singkat.

“Ada divisi khusus yang akan menyampaikan temuan ini kepada publik, ditunggu saja,” ucapnya dengan nada penuh meyakinkan.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement