Guswanto menjelaskan, potensi cuaca ekstrem terjadi karena adanya gangguan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO). Fenomena MJO diprakirakan terpantau aktif di Samudra Hindia selatan Jawa, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
"Hasil analisis kondisi iklim global menunjukkan kondisi La Nina lemah dengan nilai SOI sebesar +14.8 dan nilai Nino3.4 sebesar -0.75 yang secara umum memberikan latar belakang atmosfer yang lebih basah di wilayah Indonesia bagian timur daripada kondisi normalnya," beber Guswanto.
"Selain itu, kondisi IOD juga bernilai -0.54 yang menunjukkan aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat signifikan," imbuhnya.
(Angkasa Yudhistira)