Share

Kisah Satu Keluarga yang Kehilangan 12 Anggotanya dalam Tragedi Jembatan Ambruk di India

Susi Susanti, Okezone · Rabu 09 November 2022 13:42 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 09 18 2704006 kisah-satu-keluarga-yang-kehilangan-12-anggotanya-dalam-tragedi-jembatan-ambruk-di-india-YBZ22R0Rxk.jpg Kisah satu keluarga yang kehilangan 12 anggotanya dalam tragedi jembatan ambruk di India (Foto: CNN)

INDIA - Sebuah karangan bunga marigold tergantung di bingkai foto dengan wajah 12 anggota keluarga Bodha yang meninggal ketika sebuah jembatan runtuh saat mereka tamasya di Gujarat, India timur.

“Ada banyak kematian,” kata kakek Sundarji Bodha, dari rumahnya di kota kecil Morbi yang berkabung. Di sana tercatat 135 orang yang meninggal dalam tragedi yang terjadi pada 30 Oktober lalu.

“Saya tidak bisa menggambarkan rasa sakit dan kesedihan yang ditimbulkannya,” terangnya, dikutip BBC. Dia kehilangan lima cucu, empat putri dan tiga menantu.

Baca juga: Pencarian Korban Jembatan Ambruk di India Terus Dilakukan, Tim Penyelamat Temukan 135 Jenazah dan 170 Orang Diselamatkan

Pada hari-hari sejak tragedi itu, hanya sedikit jawaban yang muncul mengapa jembatan gantung era kolonial itu jebol dan membuat puluhan orang terjun ke Sungai Machchhu.

Baca juga: Kunjungi Lokasi Jembatan Ambruk, PM India Desak Penyelidikan Rinci dan Ekstensif

Polisi yang menyelidiki kasus tersebut telah mengatakan perusahaan yang bertugas memelihara jembatan, Oreva, gagal melakukan perbaikan atau tes yang sesuai untuk memastikan jembatan itu aman bagi pejalan kaki.

"Mereka hanya melakukan pemasangan listrik dan pekerjaan pengecatan," kata P. A. Zala, wakil inspektur polisi Gujarat, kepada CNN pada Selasa (8/11/2022).

“Tidak ada tes kemampuan atau kapasitas yang dilakukan oleh mereka,” lanjutnya.

Sementara itu, Oreva tidak menanggapi permintaan komentar CNN.

Follow Berita Okezone di Google News

Tetapi teori tentang penyebab bencana hanya memberikan sedikit penghiburan bagi keluarga mereka yang meninggal.

“Anak-anak adalah segalanya,” kata Prabhulal Bodha, mengenakan pakaian putih untuk menandai hari berkabung bagi keluarga besarnya.

“Anak-anak tidak ada di sini dan itu sangat menyakitkan. Bagaimana kita akan menanggung ini? Kami tidak tahu,” lanjutnya.

Jembatan gantung itu diketahui telah menggantung di seberang Sungai Machchhu selama yang bisa diingat siapa pun.

Dibangun selama pemerintahan Inggris sekitar tahun 1900, dan menarik wisatawan yang memegang pagar kawat tipis untuk berjalan 230 meter (755 kaki) dari satu sisi ke sisi lain.

Pada Minggu (30/10/2022) lalu, ratusan keluarga berdesakan di jembatan, yang lebarnya hanya 1,25 meter (4 kaki), untuk merayakan Diwali – festival cahaya Hindu.

Pihak berwenang Gujarat memperkirakan sekitar 200 orang berada di jembatan ketika runtuh. Jumlah ini melebihi dari kapasitas yang diizinkan.

Di antara mereka adalah Faizan yang berusia delapan tahun dan Mahinoor Majothi yang berusia lima tahun, yang tinggal beberapa hari lagi untuk kembali ke sekolah setelah liburan Diwali.

Nenek mereka, Himilaben Khumbhar, berada di jembatan bersama mereka ketika jembatan itu ambruk.

"Saya tidak menyadari apa yang terjadi sampai kami jatuh ke air," katanya.

“Saya sedang berenang dan mendapat bantuan dari orang-orang. Hidup saya terselamatkan tetapi putri saya, menantu laki-laki dan anak-anak semuanya meninggal,” paparnya.

Tas sekolah Faizan dan Mahinoor masih tergeletak di sudut ruang depan, sebagai pengingat kesedihan dan kehilangan.

“Saya ingin tindakan itu diambil dan semua orang yang bertanggung jawab harus dihukum,” kata kerabat Kumbhar, Ibrahim Mojothi.

“Bukan hanya saya yang kehilangan keluarga. Puluhan orang telah kehilangan keluarga mereka ... Kakak, ipar, keponakan, semuanya pergi. Tidak ada yang tersisa,” ungkapnya.

Divya Ravardeo juga berada di jembatan ketika runtuh. Dia ingat orang-orang berteriak, mati-matian berusaha berenang ke tempat yang aman dan menyelamatkan orang yang mereka cintai.

Enam keponakan perempuannya dan empat keponakan laki-lakinya tenggelam di sungai.

"Kami merasa sangat patah hati," katanya.

“Kata-kata tidak dapat menggambarkan rasa sakit yang kami alami. Kami memiliki begitu banyak penderitaan di hati kami. Seluruh keluarga saya tidak tahu bagaimana perasaan tentang ini. Kami mati rasa,” lanjutnya.

Sejak insiden mematikan itu, perhatian publik langsung menuju ke Oreva, sebuah perusahaan yang berbasis di Ahmedabad, kota terbesar di Gujarat.

Menurut situs webnya, Oreva memulai perusahaannya sebagai pembuat jam sebelum melakukan diversifikasi ke elektronik. Situs webnya menggambarkan perusahaan tersebut sebagai perusahaan manufaktur jam terbesar di dunia dan salah satu merek utama di India.

Jaysukhbhai Patel, Direktur pelaksana Oreva, mengatakan kepada wartawan saat upacara pembukaan kembali jembatan pada 26 Oktober lalu, jika jembatan itu ditutup selama enam bulan untuk renovasi pada April lalu.

Menurut video acara tersebut, Patel mengatakan perusahaan telah menghabiskan hampir seperempat juta dolar untuk merenovasi jembatan.

“Jembatan itu dibangun menggunakan papan kayu. Sekarang, karena ini adalah jembatan gantung, kami perlu menggunakan spesifikasi teknis baru dan mengembangkan metode baru untuk memperbaikinya,” terangnya ketika ditanya renovasi apa yang telah dilakukan.

Dia tidak merinci, tetapi mengatakan kepada wartawan bahwa struktur itu tidak memerlukan pekerjaan besar lagi nantinya selama "delapan hingga 10 tahun."

Sehari setelah tragedi itu, polisi Gujarat mengatakan sembilan orang telah ditangkap dan sedang diselidiki atas tuduhan pembunuhan, semua tersangka terkait dengan Oreva. Sejauh ini, tidak ada tuduhan yang dikenakan.

Para tersangka termasuk dua manajer, dua petugas tiket, dua kontraktor dan tiga penjaga keamanan – Patel tidak termasuk di antara mereka. Dia belum berbicara di depan public sejak tragedi itu.

Keluarga para korban akan menerima kompensasi dari Dana Bantuan Nasional Perdana Menteri (PM) India, tetapi Mojothi mengatakan itu tidak akan pernah cukup untuk rasa sakit dan penderitaan mereka.

"Yang kami inginkan adalah orang-orang yang bertanggung jawab harus dihukum," katanya.

“Tidak ada gunanya ganti rugi. Kami tidak ingin uang. Kami tidak memiliki keserakahan untuk uang itu, dan kami tidak menginginkannya,” tambahnya.

1
5
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini