Share

Sri Lanka Pertimbangkan Ekspor Ganja Demi Bantu Ekonomi yang Hancur

Rahman Asmardika, Okezone · Selasa 15 November 2022 11:37 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 15 18 2707751 sri-lanka-pertimbangkan-ekspor-ganja-demi-bantu-ekonomi-yang-hancur-X62phMqYVk.jpg Foto: Reuters.

KOLOMBO – Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada Senin, (14/11/2022) mengatakan bahwa pemerintahannya akan mengambil langkah untuk menetapkan kerangka hukum guna melakukan ekspor produk mengandung ganja. Langkah ini diambil demi mendorong ekonomi negara Asia Selatan itu keluar dari krisis.

“Nanti akan dibentuk panitia khusus untuk mendalami budidaya ganja untuk tujuan ekspor,” kata Wickremesinghe sebagaimana dilansir Sputnik.

BACA JUGA: Peternak Thailand Beri Makan Ayamnya dengan Ganja, Klaim Tingkatkan Kualitas Daging

Penggunaan ganja, selain untuk tujuan pengobatan, dianggap sebagai aktivitas kriminal berdasarkan hukum yang dapat menyebabkan pelanggar masuk penjara dan denda uang yang besar.

Selain itu, untuk mengatur industri tembakau (Beedi) lokal, anggaran telah mengusulkan untuk mengenakan pajak SLR2 (sekira Rp85) per batang Beedi.

Wickremesinghe, yang menggantikan Gotabaya Rajapaksa pada Juli, mengusulkan kenaikan tarif pajak penghasilan pribadi dan badan menjadi 30 persen dari 24 persen dan beberapa langkah reformasi lainnya untuk membawa perekonomian pada tingkat pertumbuhan tahunan 7-8 persen.

“Saya ingin mendefinisikan ekonomi baru yang akan kita bangun sebagai ekonomi pasar sosial atau sistem ekonomi terbuka perlindungan sosial,” tegas Wickremesinghe.

Ekonomi baru akan didasarkan pada ekonomi kompetitif berorientasi ekspor, ekonomi hijau dan biru yang ramah lingkungan, dan ekonomi digital, tambah Presiden.

Follow Berita Okezone di Google News

Anggaran tersebut memperkirakan bahwa ekonomi yang menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dapat menyusut 8,3 persen tahun ini.

"Anggaran ini akan menghadirkan jalan politik dan ekonomi ke depan bagi negara," harap pemerintah. Menurut Bank Dunia, ekonomi Sri Lanka kemungkinan akan mengalami kontraksi sebesar 9,2 persen tahun ini dan 4,2 persen tahun depan.

Sebanyak 22 juta orang di negara kepulauan itu berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti bahan bakar karena pemerintah tidak mampu membelinya selama krisis mata uang asing.

Sri Lanka berutang USD51 miliar, terutama kepada pemodal ventura yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan lembaga multilateral yang didominasi AS. India, Cina dan Jepang adalah beberapa negara yang memberikan pinjaman sekitar USD18 miliar.

Pemerintah Ranil Wickremesinghe mencapai kesepakatan awal dengan Dana Moneter Internasional untuk pinjaman sekitar USD2,9 miliar pada September.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini