Anggaran tersebut memperkirakan bahwa ekonomi yang menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dapat menyusut 8,3 persen tahun ini.
"Anggaran ini akan menghadirkan jalan politik dan ekonomi ke depan bagi negara," harap pemerintah. Menurut Bank Dunia, ekonomi Sri Lanka kemungkinan akan mengalami kontraksi sebesar 9,2 persen tahun ini dan 4,2 persen tahun depan.
Sebanyak 22 juta orang di negara kepulauan itu berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti bahan bakar karena pemerintah tidak mampu membelinya selama krisis mata uang asing.
Sri Lanka berutang USD51 miliar, terutama kepada pemodal ventura yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan lembaga multilateral yang didominasi AS. India, Cina dan Jepang adalah beberapa negara yang memberikan pinjaman sekitar USD18 miliar.
Pemerintah Ranil Wickremesinghe mencapai kesepakatan awal dengan Dana Moneter Internasional untuk pinjaman sekitar USD2,9 miliar pada September.
(Rahman Asmardika)