KUALA LUMPUR - Raja Malaysia Sultan Abdullah mengatakan pada Selasa, (22/11/2022) bahwa ia akan memilih perdana menteri berikutnya segera setelah dua kandidat utama gagal memenangkan mayoritas di parlemen. Namun, Sultan tidak menentukan waktu untuk mengumumkan keputusannya, sementara krisis politik dari pemilihan yang tidak meyakinkan, berlanjut untuk hari ketiga.
Pemilihan Sabtu, (19/11/2022) menghasilkan parlemen gantung yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan baik pemimpin oposisi Anwar Ibrahim maupun mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin, gagal memenangkan mayoritas sederhana yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.
Pemilihan tersebut memperpanjang ketidakstabilan politik di Malaysia, yang telah memiliki tiga perdana menteri dalam tiga tahun, dan berisiko menunda keputusan kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Raja telah memberikan partai politik sampai Selasa, jam 2 siang untuk mengumpulkan aliansi yang dibutuhkan untuk mayoritas.
Tetapi koalisi Barisan Nasional petahana mengatakan tidak akan mendukung salah satu kandidat, sebuah langkah yang mencegah Anwar dan Muhyiddin mencapai mayoritas.
Sekarang tergantung pada raja konstitusional, yang memainkan peran seremonial tetapi dapat menunjuk siapa pun yang dia yakini akan memimpin mayoritas.
BACA JUGA: Persaingan Posisi PM Malaysia Memanas
"Biarkan saya membuat keputusan segera," kata raja kepada wartawan di luar istana nasional, sebagaimana dilansir Reuters.
Dia juga meminta warga Malaysia untuk menerima setiap keputusan tentang pembentukan pemerintahan.
Dalam sebuah pernyataan kemudian, istana mengatakan tidak ada anggota parlemen yang berhasil mendapatkan mayoritas sederhana untuk diangkat sebagai perdana menteri. Itu mengundang Anwar dan Muhyiddin untuk bertemu dengan raja pada pukul 16.30 waktu setempat.