JAKARTA - Selama Perang Dunia II, negara-negara berkekuatan besar berlomba memamerkan kemahirannya dengan adu canggih senjata militer. Namun, tak sedikit pula yang diciptakan unik dan tak lazim digunakan.Â
Salah satu senjata tersebut adalah Panjandrum. Senjata ini dirancang untuk mencapai kecepatan 60 mil per jam (96,5 km per jam) dan menghancurkan dinding beton setinggi 10 kaki (3 meter).
BACA JUGA:Â Kisah 20 Ribu Yahudi Diselamatkan China saat Perang Dunia IIÂ
Berbentuk seperti roda gerobak besar, senjata itu dilengkapi sekitar 70 roket dan dikemas dengan bahan peledak. Namun pada akhirnya, hal itu membuat Panjandrum terlalu berbahaya untuk dikerahkan dalam perang.Â
Awal Mula
Mengutip dari All Thats Interesting, Jerman merasa putus asa dalam menaklukan Inggris setelah melakukan serangan bom yang intens pada 1943. Pada saat yang sama pula, Sekutu berjuang untuk mendapat pijakan di Eropa.
Khawatir akan terjadi invasi yang melintasi Selat Inggris, Jerman telah membangun benteng pertahanan yang kuat di sepanjang garis pantai Eropa. Dikenal sebagai Tembok Atlantik, penghalang yang membentang dari Norwegia ke Spanyol.
BACA JUGA:Â 10 Senjata Paling Mematikan di Kancah Perang Dunia II
Tembok tersebut dibangun sangat kokoh, sehingga sangat sulit untuk diterobos. Oleh sebab itu, Directorate of Miscellaneous Weapons Development (DMWD) menciptakan sebuah senjata bernama Panjandrum.
Follow Berita Okezone di Google News
Senjata tersebut membentuk dua roda dengan masing-masing setinggi 10 kaki, dan menggabungkannya dengan tabung berlubang yang diisi dengan bahan peledak. Roket yang dipasang di roda akan mendorong mesin perang menuju benteng pertahanan Jerman.
Uji Coba
Memberdayakan Panjandrum dapat memicu masalah baru. Untuk menembakkan mesin ke pantai, DMWD memasang roket ke roda. Tapi roket itu tak selalu berhasil, dan beberapa di antaranya meledak dari kemudi.Â
Orang Inggris belajar tentang masalah prototipe dengan cara yang sulit. Pada 1943, mereka menguji Panjandrum di pantai Devon.
Awalnya tes berjalan lancar. Panjandrum berhasil dari kapal pendarat ke pantai, didorong oleh roket. Sampai beberapa roket gagal. Roda pemintal melesat keluar jalur.
Kemudian mereka memodifikasi kembali dengan menambahkan roda lain dan lebih banyak roket. Selain itu, agar mesin tetap pada jalurnya, mereka juga memperkuat roda dengan kabel baja.
Uji Akhir Sebelum Dinyatakan Gagal
Terlepas dari jatuh bangun, orang Inggris terus bekerja dalam pembuatan Panjandrum. Pada Januari 1944, DMWD mengundang petinggi, termasuk ilmuwan, perwira angkatan laut, dan fotografer, untuk menyaksikan mesin perang beraksi.Â
Tes dimulai dengan lancar. Dengan roket yang ditembakkan, Panjandrum berguling melintasi air dan menuju pantai. Kemudian, yang terjadi selanjutnya dijelaskan dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan BBC.
"Awalnya semuanya berjalan lancar. Panjandrum meluncur ke laut dan mulai menuju pantai. Kemudian sebuah penjepit terlepas. Lalu disusul dua roket lagi terlepas. Panjandrum mulai terhuyung-huyung,” lapor film dokumenter tersebut.
Roda roket berputar ke arah Louis Klemantaski, seorang fotografer Royal Navy. Menatap melalui lensa teleskopik, Klemantaski mengira senjatanya lebih jauh jadi dia terus merekam.
Namun raungan Panjandrum memaksa Klemantaski mendongak. Ketika dia melakukannya, dia melihat roda setinggi 10 kaki terbang ke arahnya, roket ditembakkan ke segala arah.
Klemantaski terkejut dan berlari untuk menyelamatkan dirinya. Para laksamana dan jenderal yang berkumpul untuk menyaksikan uji coba senjata ini bergegas cari perlindungan.
“Panjandrum sekarang kembali ke laut tetapi jatuh di atas pasir yang hancur dalam ledakan dahsyat, roket merobek pantai dengan kecepatan tinggi,” ungkap film dokumenter tersebut.
Kawanan anjing dikerahkan untuk mencari roket yang lepas. Kemudian para laksamana setuju bahwa senjata Panjandrum dinyatakan gagal.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.