Dia berharap bisa membujuk legislatif untuk mengangkatnya melalui kombinasi propaganda, penyuapan, dan intimidasi. Namun, setelah invasi Prancis yang menghancurkan Rusia pada tahun 1812, Napoleon turun tahta dua tahun kemudian dan diasingkan ke pulau Elba.
Pada 1815, dia kembali berkuasa sebentar dalam kampanye Seratus Hari. Setelah kekalahan telak di Pertempuran Waterloo, dia turun tahta sekali lagi dan diasingkan ke pulau terpencil Saint Helena, di mana dia meninggal pada usia 51 tahun.
2. Francisco Franco
Francisco Paulino Hermenegildo Teódulo Franco y Bahamonde Salgado Pardo atau yang biasa disingkat sebagai Francisco Franco Bahamonde adalah pempimpin de facto Spanyol dari tahun 1939 hingga tahun 1975 dengan gelar Caudillo.
Ketika Liga Kiri memenangkan pemilu Spanyol pada Februari 1936, Jenderal Francisco Franco dikirim ke pos terpencil di Kepulauan Canary.
Meskipun dia tahu rekan-rekannya sedang merencanakan kudeta, dia awalnya ragu untuk bergabung dan akhirnya menjadi yakin setelah pembunuhan balas dendam seorang politisi konservatif.
Pada 18 Juli 1936, Franco mengeluarkan manifesto yang meminta militer menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis. Ketika garnisun di seluruh Spanyol mengindahkan panggilannya, dia terbang diam-diam dari Kepulauan Canary ke Maroko yang diduduki Spanyol, tempat pemberontakan telah dimulai pada hari sebelumnya. Di sana dia memimpin pasukan yang perkasa. Dengan bantuan Fasis Italia dan Nazi Jerman, Franco berhasil membawa mereka ke daratan Spanyol.
Namun, upaya kudeta hanya berhasil sebagian. Hanya berhasil menguasai sepertiga wilayah yang ada disana dan tersebut malah memicu perang antar saudara yang berlangsung selama tiga tahun. Setelah itu, pada akhirnya ia muncul sebagai pemenang. Mendapat dukungan dari kaun fasis, monarki, kaum bangsawan dan Gereja Katolik.