Berikut tahapan demi tahapan ritual yang dilalui sebagaimana dikutip dari siaran pers tim media pernikahan Kaesang-Erina.
Sebelum pernikahan digelar, terdapat prosesi persiapan yang diilakukan untuk menyambut hari pernikahan yang disebut prosesi hajatan. Prosesi ini dilangsungkan dengan harapan, seluruh keluarga besar dan calon pengantin yang akan melaksanakan hajat dijauhkan dari segala halangan, dan seluruh acara berjalan dengan lancar.
Pemasangan tratag atau dekorasi tenda, serta tarub atau hiasan dari janur atau daun kelapa yang muda. Keduanya dipajang sebagai hiasan pintu masuk yang menandai bahwa keluarga sedang mengadakan acara hajatan mantu. Ada pun janur kuning melengkung menunjukkan pengharapan berkah dan kemakmuran bagi kedua mempelai layaknya meminta cahaya kepada Yang Maha Kuasa.
Ada ornament lain yang juga menarik untuk ditelaah, yaitu kembar mayang. Ini merupakan ornamen yang dibentuk dari rangkaian akar, batang, daun, bunga, dan buah. Pemasangan ornament ini dipercayai dapat memberikan kebijaksanaan dan motivasi bagi kedua pengantin untuk menjalani kehidupan barunya dalam berumah tangga. Biasanya, daun-daun beraneka ragam akan ditekuk ke sebuah batang pisang sehingga menyerupai bentuk gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung.
Tuwuhan yang berarti tumbuh-tumbuhan ini diletakkan di tempat siraman. Anda juga dapat menambahkan buah-buahan seperti setandan pisang pada masing-masing sisi sebagai harapan agar sang pengantin kelak cepat memperoleh buah hati.
4. Siraman
Â
Secara harafiah, siraman berarti mandi dengan air. Pada ritual ini, ada tujuh orang yang menyiramkan air ke sang pengantin. Nantinya, sang ayah mempelai wanita yang akan menyelesaikan ritual yang dilambangkan sebagai pembersihan diri sebelum menjalankan ritual selanjutnya yang lebih sakral. Selain bertugas mengakhiri siraman tersebut, sang ayah juga akan menggendong mempelai wanita menuju kamar pengantinnya.
5. Adol dawet
Selanjutnya terdapat ritual yang unik ini, Adol Dawet. Kedua orang tua menjual dawet sebagai hidangan kepada para tamu undangan yang telah hadir menyaksikan prosesi. Uniknya, jual beli dawet ini tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan kreweng atau pecahan tembikar dari tanah liat.
Makna dibalik kreweng tanah liat ini tidak lain adalah sebagai tanda bahwa pokok kehidupan berasal dari bumi. Pada ritual ini, sang ibu akan melayani para pembeli, sedangkan sang ayah akan memayungi sang ibu. Ini bermakna pesan dari para orang tua untuk memberikan contoh kepada anak-anaknya bahwa di kemudian hari, mereka harus saling bergotong royong dalam membina rumah tangga.
6. Potong tumpeng
Tumpeng bisa jadi sudah banyak dikenal di Indonesia. Nasi yang dibentuk kerucut ini popular disajikan saat momen-momen besar sebuah keluarga. Tumpeng memang merupakan sajian nasi berbentuk kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditata mengelilinginya di atas nampan bulat yang terbuat dari anyaman bambu.
Dalam ritual Jawa, tumpeng identik dengan simbol kemakmuran dan kesejahteraan karena bentuknya menyerupai gunung. Prosesi pemotongan tumpeng akan dilakukan oleh ayah dan ibu dengan mengambil bagian puncak tumpeng dan lauk pauknya.
7. Dulangan pungkasan
Â
Ritual ini boleh jadi menjadi yang paling mengharukan bagi orang tua mempelai. Dalam dulangan pungkasan, dilakukan prosesi suapan terakhir oleh ayah dan ibu kepada calon pengantin. Ini menjadi tanda tanggung jawab terakhir dari orang tua kepada anaknya yang akan menikah. Sangat lumrah jika di saat ini, seorang ayah mengingat kembali putra atau putri kecil yang duduk di sampingnya, kini sudah dewasa, dan harus dia lepas. Tetes air mata bahagia, sangat wajar menetes.
8. Tanam rambut dan lepas ayam
Momen ini mungkin kerap terlewatkan dari perhatian orang di luar lingkaran keluarga terdekat pengantin, yaitu menanamkan potongan rambut kedua calon mempelai. Ini dimaksudkan agar segala hal buruk dijauhkan dari rumah tangga kedua anaknya.
Setelahnya akan dilanjutkan dengan pelepasan ayam jantan hitam yang menandai bahwa kedua orang tua telah mengikhlaskan anaknya hidup mandiri bagaikan seekor ayam yang sudah dapat mencari makanan sendiri.
Â
9. Midodareni
Arti kata midodareni sendiri adalah bidadari, sehingga harapan dari ritual malam sebelum melepas masa lajang adalah sang pengantin wanita akan terlihat cantik esok harinya bak bidadari dari surga. Pada malam ini, pengantin wanita akan ditemani oleh pihak keluarga saja dan dilarang bertemu oleh calon suaminya karena ia akan menerima nasehat-nasehat yang berkaitan dengan pernikahan.
Prosesi puncak
Â
Setelah seluruh rangkaian hajatan, atau persiapan pernikahan, tuntas hingga malam midodareni, maka tiba hari yang ditunggu, sebagai proses puncak pernikahan Kaesang-Erina.
Prosesi puncak dilakukan pada hari yang berbeda dengan rangkaian hajatan. Inilah inti dan merupakan puncak dari seluruh rangkaian yang telah dijalankan. Di sini akan terselenggara upacara pernikahan serta resepsi pernikahan. Tema dan semangat yang diusung pada rangkaian upacara pernikahan dan resepsi adalah bertujuan untuk kebahagiaan hidup baru kedua mempelai dalam menjalani rumah tangganya.
Secara garis besar terdapat dua upacara, yaitu upacara pernikahan dan upcara panggih.
1. Upacara pernikahan
Â
Momen ini adalah ketika kedua pengantin bersumpah di hadapan penghulu, orang tua, wali, dan tamu undangan untuk meresmikan pernikahan mereka secara keagamaan. Pada upacara ini, kedua pengantin akan mengenakan pakaian tradisional adat Jawa berwarna putih sebagai lambang kesucian.
2. Upacara panggih
Upacara panggih ini seperti puncak dari acara sebelumnya, seperti dalam midodareni, yang memisahkan kedua pengantin. Sekarang, dalam upacara panggih, justru keduanya dipertemukan.
Karena ini adalah momentum kebahagiaan, maka upacara panggih dilakukan dengan berbagai tahapan. Prosesi berikut ini termasuk dalam upacara panggih atau temu manten, yang berarti temu pengantin dalam bahasa Jawa, di mana kedua pengantin yang telah resmi menikah akhirnya bertemu sebagai sepasang suami dan istri.
Ada pun rangkaian upacara ini berisi berbagai acara-acara yang akan memantapkan kedua mempelai dalam membina rumah tangganya.
Â
a. Balangan gantal
Dalam proses temu manten ini, gantal atau sirih yang diikat oleh benang putih akan saling dilempar oleh kedua pasangan. Pengantin pria melemparkan gantal ke dada pengantin wanita sebagai tanda bahwa ia telah mengambil hati sang kekasih, dan pengantin wanita akan menujukan gantal ke lutut sang pria sebagai tanda bakti kepada suami.
b. Ngidak tagan/nincak endog
Â
Ritual menginjak sebutir telur ayam mentah oleh mempelai pria dilaksanakan sebagai harapan bahwa ia akan mendapatkan keturunan karena keduanya telah bersatu. Kemudian, sang istri akan membasuh kaki suaminya sebagai tanda kasih sayangnya.
Â
c. Sinduran
Kain sindur berwarna merah dan putih diharapkan akan memberikan keberanian bagi kedua pengantin agar menjalani pernikahan mereka dengan semangat dan penuh gairah. Pada ritual ini, keduanya akan dibalut oleh kain sindur sembari diantar menuju pelaminan oleh ayah sang mempelai wanita.
Â
d. Bobot timbang
Â
Setelah kedua pengantin duduk di kursi pelaminan, akan dilangsungkan ritual menimbang anak sendiri dan anak menantu oleh ayah pengantin wanita dengan cara memangku kedua mempelai. Kemudian, ibu pengantin akan naik ke atas panggung untuk menanyakan kepada sang ayah, siapa yang lebih berat di antara mereka. Kemudian, ayah akan menjawabnya jika keduanya sama beratnya. Dengan percakapan ini, diharapkan bahwa kedua anak mengetahui bahwa tidak ada perbedaan kasih sayang bagi mereka.
e. Minum rujak degan
Secara harafiah, rujak degan adalah minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda. Tradisi minum air kelapa ini dilakukan secara bergilir dalam satu gelas untuk satu keluarga. Dimulai dari sang bapak untuk diteruskan kepada sang ibu, sehingga diberikan kepada kedua pasang pengantin. Air kelapa dilambangkan sebagai air suci yang dapat membersihkan rohani seluruh anggota keluarga.
Â
f. Kacar kucur
Â
Ritual ini dilakukan oleh pengantin pria yang mengucurkan uang logam beserta kebutuhan pokok seperti beras dan biji-bijian kepada sang istri sebagai simbol bahwa Ia akan bertanggung jawab dalam memberikan nafkah kepada keluarga.
g. Dulangan
Â
Ada pun ritual saling menyuapi sebanyak tiga kali sebagai simbol bahwa kedua pasangan akan selalu menolong satu sama lain dan juga saling memadu kasih hingga tua.
Â
h. Sungkeman
Â
Seluruh prosesi upacara dalam adat Jawa akan diakhiri dengan acara sungkeman, yaitu berlutut di depan kedua orang tua masing-masing mempelai sebagai bentuk penghormatan karena telah membesarkan mereka hingga akhirnya dapat menjalani kehidupan baru bersama pasangan.
Demikianlah seluruh prosesi pernikahan adat Jawa beserta makna-makna tersiratnya. Seperti yang telah disebutkan di atas, maka kedua pasangan pengantin telah direstui pernikahannya jika sukses melewati tiap tahapan-tahapan dari prosesi hajatan hingga puncak.