"Mendeteksi potensi awan badai dapat menghasilkan hujan es harus menggunakan teknologi radar cuaca dengan teknik dual-polar seperti yang dikembangkan di NSSL-NOAA, badan penelitian Atmosfer-Laut nasional di Amerika Serikat," ucapnya.
Di Indonesia, selain terjadi karena awan badai sehingga hujan es dapat terjadi di mana saja. Hujan es juga dapat terjadi di wilayah pegunungan karena awan-awan tinggi seperti cirrus dan cirrostratus yang mengandung banyak partikel es.
Meskipun demikian, karena jenis awan tersebut bukan awan hujan, maka untuk bisa menurunkan hujan es harus terjadi interaksi dan penggabungan dengan awan-awan lain berjenis awan rendah seperti awan cumulus dan awan nimbus.
Sementara itu lanjut Erma, pembentukan awan yang berpotensi menurunkan hujan es dapat dibentuk dengan berbagai cara di antaranya karena efek topografi pegunungan yang memaksa terjadinya pengangkatan udara di permukaan terjadi secara kuat.
"Karena berinteraksi dengan udara dingin di atas pegunungan, maka awan yang terbentuk pun lebih kaya dengan partikel es," katanya.
Kedua kata Erma, awan hujan es juga dapat dihasilkan dari front atau pertemuan massa udara dingin dan hangat. Udara dingin yang berada di bawah udara hangat ini juga memengaruhi proses pendinginan partikel-partikel es.
"Atau bahkan air dingin di dalam awan sehingga hujan yang turun dari awan pun masih berbentuk partikel es," pungkasnya.
(Susi Susanti)