Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Air Mata dan Protes Pecah Ketika Taliban Tutup Universitas untuk Perempuan, Wanita Hidup Bak Dalam Penjara

Susi Susanti , Jurnalis-Kamis, 22 Desember 2022 |06:03 WIB
Air Mata dan Protes Pecah Ketika Taliban Tutup Universitas untuk Perempuan, Wanita Hidup Bak Dalam Penjara
Anak-anak perempuan menangis ketika Taliban menutup unversitas (Foto: AFP)
A
A
A

Bahaya memang kerap membayangi. Selama beberapa ujian pengebom menargetkan sekolah, membunuh murid. Tapi tetap saja para wanita muda itu bertahan.

Bahkan ketika Taliban pada November lalu memberlakukan pembatasan menit-menit terakhir pada mata pelajaran - melarang anak perempuan dari kursus seperti ekonomi, teknik, dan jurnalisme - mereka terus mencoba, banyak yang melamar untuk mengajar dan kedokteran.

"Mengapa kami harus selalu menjadi korban? Afghanistan adalah negara miskin. Tetapi wanita di negara ini telah menerima kemiskinan di samping setiap masalah lainnya dan mereka tetap harus menderita,” ujar salah satu mahasiswi kepada BBC.

Sekolah anak perempuan telah lama menjadi titik pertikaian antara faksi konservatif dan faksi yang lebih moderat di Taliban.

Larangan universitas sekarang menunjukkan kemenangan kelompok yang lebih fundamentalis di Taliban, yang pemimpin tertingginya Hibatullah Akhundzada percaya bahwa pendidikan modern - terutama untuk perempuan dan anak perempuan - salah dalam ajaran Islam.

Namun tidak semua orang dalam gerakan yang berkuasa berpikir seperti dia - dan ada laporan pejabat yang lebih moderat di kota-kota seperti Kabul menginginkan anak perempuan di atas usia 12 tahun untuk mengenyam pendidikan.

Seperti yang telah diperingatkan oleh para pembela HAM, keputusan tersebut berdampak pada masa depan seluruh negara.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement