"Tidak ada negara yang dapat berkembang ketika setengah dari populasinya tertahan," terang Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken memperingatkan.
Negara-negara Barat bersikeras pendidikan perempuan sebagai syarat yang harus dipenuhi Taliban jika mereka menginginkan pengakuan global. Namun sejauh ini Taliban telah mengabaikan kritik tersebut.
Bagi keluarga Afghanistan, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia, melihat masa depan putri mereka meluncur kembali ke "zaman kegelapan" telah memicu ketakutan dan kemarahan.
Berita tentang larangan universitas mendorong beberapa aktivis perempuan Afghanistan untuk memposting cerita tentang hari kelulusan universitas mereka sendiri - dengan topi dan gaun.
Mereka mengatakan penolakan terhadap Taliban sejak mereka merebut kekuasaan lagi belumlah cukup.
Dan itu bagian dari meningkatnya gelombang pembatasan pada kehidupan sehari-hari perempuan dalam beberapa minggu terakhir. Pada November lalu, perempuan di Kabul juga dilarang memasuki tempat umum seperti taman dan pusat kebugaran.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan perempuan semakin dikurung di rumah mereka dalam kebijakan yang setara dengan pemenjaraan.