MATARAM - Ketua Harian DPP Partai Perindo Dr.TGB, H.M Zainul Majdi menyoroti kondisi politik menjelang pemilu 2024. Pasalnya, memasuki 2023 eskalasi politik nasional mulai menghangat.
Dia mengimbau untuk menghindari politik identitas yang cenderung destruktif. Lagipula, berbagai isu liar merebak. Baik melalui dunia maya, maupun diskusi di sebagian kalangan.
BACA JUGA:Aktivitas Vulkanik Gunung Ijen Meningkat, Sektor Pariwisata dan Tambang Belerang Berjalan Normal
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) mengimbau masyarakat tidak mudah terpecah belah. Terutama dengan politik identitas dengan membangun tendensi mengatasnamakan agama.
"Kita hindari segala hal yang mengurangi kekuatan kita sebagai bangsa. Di antaranya membangun narasi atau menyuarakan hal yang kontraproduktif," ujarnya.
BACA JUGA:Prabowo Persilakan Kader yang Tak Sejalan Pindah Partai: Monggo, Mari Adu Program
Dikatakan, salah satu yang termasuk politik identitas yakni satu pihak yang mengklaim representasi umat. Yang tidak sependapat, disebut sebagai anti umat. Yang punya pilihan berbeda, atau mendukung yang lain disebut anti Islam.
"Ini menurut saya satu bentuk politik identitas yang sangat destruktif untuk Indonesia. Itu membuat saling curiga dan memecah belah masyarakat," tegas TGB.
Dia mendorong masyarakat lebih fokus pada gagasan konstruktif untuk kepentingan bangsa. Indonesia memiliki geostrategi yang sangat penting. Baik sebagai anggota ASEAN, regional, bahkan di level Internasional. Lagipula, Indonesia merupakan negara anggota G20.
Indonesia diyakini punya daya saing di level dunia sehingga Indonesia menjadi negara besar. Menurutnya, bagi NWDI, pemilu merupakan ajang Fastabiqul Khaerat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukan sebaliknya, saling caci maki, saling menjatuhkan, dan saling merendahkan.
Cucu pahlawan nasional TG.K.H Zainuddin Abdul Majid itu berada di Mataram untuk meresmikan penggunaan bangunan NWDI Center. Bangunan itu berada di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram. Lahan NWDI Center seluas 1 hektare itu digunakan untuk pengajian, pengkajian, dan beragam kegiatan keummatan lainnya.
(Nanda Aria)