SURIAH - Kisah pilu dialami Ismael Alrij, seorang warga di Suriah. Dia baru saja meninggalkan putranya yang berusia enam tahun, Mustafa, di rumah sakit (RS) ketika gempa dahsyat magnitudo 7,8 mengguncang Turki hingga Suriah.
Melihat bangunan RS mulai runtuh, Ismael menahan tangis dan hanya bisa takut pada hal yang terburuk.
"Kemudian gempa semakin kuat," kata Ismael kepada BBC dalam serangkaian pesan suara melalui WhatsApp, koneksinya terputus-putus. "Listrik padam dan pintu masuk rumah sakit, yang terbuat dari kaca, mulai pecah,” terangnya.
"Itu seperti skenario kiamat," katanya.
"Saya mulai membayangkan bagaimana saya harus menyelamatkan putra saya dari puing-puing,” lanjutnya.
Namun semenit kemudian, Mustafa muncul, berlari ke arahnya, berteriak dan menangis. Dia telah mencabut infusnya sendiri, dan darah mengalir dari lengannya.
Ismael bergegas membantu tidak hanya putranya sendiri tetapi juga orang lain yang melarikan diri dari gedung di tengah kepanikan dan kebingungan dalam kegelapan. Dia melindungi perawat dan seorang wanita hamil yang akan melahirkan di mobilnya selama 20 menit sebelum bergegas pulang untuk mencari tahu tentang keluarganya sendiri.
Istri Ismael dan anak lainnya selamat, dan rumahnya masih berdiri.