KABUL – Kemenangan Taliban di Afghanistan membawa kehidupan baru bagi para pejuangnya yang biasanya menghabiskan hari-hari mereka di medan perang. Dari menunggang kuda dan bertempur di pedesaan dan gunung, para jihadis kini terjebak di belakang meja, meakukan pekerjaan yang membosankan dengan komputer, melihat Twitter, membayar sewa yang tinggi, dan pergi bekerja.
Setelah pengambilalihan kekuasaan dua tahun lalu, Taliban telah menguasai industri, menduduki gedung-gedung pemerintah, dan memiliki pekerjaan membosankan menjalankan pemerintahan Afghanistan.
Dalam serangkaian wawancara dengan lima mantan mujahidin yang menjadi pejabat pemerintah dan petugas polisi, Afghanistan Analytics Network menyoroti kehidupan orang-orang yang menghabiskan seumur hidup mereka bertempur melawan pemerintah, memenangkannya, dan harus menjalankan negara. Afghanistan Analytics Network adalah sebuah lembaga penelitian nirlaba.
Peneliti Sabawoon Samin melakukan wawancara secara langsung dengan para mantan jihadis, terutama di Kabul. Dia mewawancarai lima anggota Taliban untuk melihat bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan kemenangan.
“Usia mereka berkisar antara 24 hingga 32 tahun dan telah menghabiskan waktu antara enam dan 11 tahun di Taliban, dengan pangkat yang berbeda: seorang komandan Taliban, seorang penembak jitu, seorang wakil komandan dan dua pejuang,” kata Samin dalam tulisannya, sebagaimana dilansir Vice News.
Setelah jatuhnya Republik Islam Afghanistan, orang-orang itu mendapatkan pekerjaan untuk pemerintahan baru di Kabul. Dua mendapat pekerjaan sipil dan tiga lainnya mendapat posisi keamanan.