WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa, (28/3/2023) mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengabaikan proposal perombakan yudisial yang menyebabkan protes besar-besaran di Israel. Menanggapi desakan itu, Netanyahu mengatakan bahwa dia tidak membuat keputusan berdasarkan tekanan dari luar negeri.
Netanyahu pada Senin, (27/3/2023) menunda proposal perombakan peradilannya setelah sejumlah besar massa turun ke jalan menggelar protes. Gedung Putih awalnya mengatakan sebagai tanggapan bahwa Netanyahu harus mencari kompromi atas masalah tersebut.
Tetapi Biden melangkah lebih jauh dalam menjawab pertanyaan dari wartawan pada Selasa. "Saya harap dia menghindarinya," kata Biden, mengacu pada proposal yudisial yang akan memberi pemerintah Israel kendali lebih besar atas penunjukan Mahkamah Agung negara itu.
Netanyahu dengan cepat mengeluarkan pernyataan sebagai tanggapan.
"Israel adalah negara berdaulat yang membuat keputusan atas kehendak rakyatnya dan bukan berdasarkan tekanan dari luar negeri, termasuk dari sahabat," katanya sebagaimana dilansir Reuters.
Netanyahu mengatakan pemerintahannya berusaha untuk melakukan reformasi "melalui konsensus luas."
"Saya telah mengenal Presiden Biden selama lebih dari 40 tahun, dan saya menghargai komitmennya yang telah berlangsung lama kepada Israel," kata Netanyahu.
Dia mengatakan Israel-AS. aliansi tidak bisa dipatahkan "dan selalu mengatasi ketidaksepakatan yang sesekali terjadi di antara kita.
"Pemerintahan saya berkomitmen untuk memperkuat demokrasi dengan mengembalikan keseimbangan yang tepat antara tiga cabang pemerintahan, yang kami perjuangkan untuk dicapai melalui konsensus yang luas," kata Netanyahu.
(Rahman Asmardika)