Tubuh Moeljadi juga ditusuk-tusuk sangkur untuk memastikan sudah tewas. Sedangkan sisa anggota TRIP lainnya ditangkap.
Pembunuhan para pelajar pejuang itu memicu amarah sejumlah anggota TRIP lain, serta para pelajar di Kota Madiun. Bahkan, para pelajar terang-terangan membentuk gerakan Pelajar Anti Musso (PAM), dengan menyebar selebaran anti PKI pimpinan Musso dan Amir Sjarifoeddin.
Residen Madiun yang juga simpatisan PKI, Abdul Muntalib, mengumpulkan sekitar enam ribu pelajar di Pendopo Kabupaten Madiun. Hal ini untuk meredam gerakan para pelajar.
Para pelajar yang sudah terbakar tak menanggapi ceramah sang residen. Mereka justru membuat keriuhan dan kegaduhan yang tak bisa dikendalikan Muntalib.
Para pelajar sudah tak mau mendengarkan lantaran sudah kadung marah akibat peristiwa terbunuhnya Moeljadi dan anggota TRIP lainnya.
Seiring waktu, para pelajar kian gencar menantang pemerintahan Republik Soviet Indonesia. PKI/FDR meyakini gerakan para pelajar berporos pada TRIP, hingga sejumlah anggotanya kembali ditangkapi.