UBC Television melaporkan pada Senin (19/6/2023), keluarga yang berduka telah mulai mengambil jenazah orang yang mereka cintai dari kamar mayat setempat untuk dimakamkan.
Sementara itu, Presiden Uganda Yoweri Museveni dalam sebuah pernyataan pada Minggu (18/6/2023) menggambarkan serangan itu sebagai kriminal, putus asa, teroris dan sia-sia.
Dia juga mengatakan dia mengerahkan lebih banyak pasukan ke bagian barat negara itu dan melintasi perbatasan Uganda dengan Kongo untuk mengejar para penyerang.
“Terutama sekarang Pemerintah Kongo mengizinkan kami untuk beroperasi di sisi Kongo juga, kami tidak memiliki alasan untuk tidak memburu teroris ADF hingga punah,” terangnya.
Pasukan keamanan Uganda telah berjuang untuk mengendalikan ADF, yang terus mendalangi serangan mematikan baik di negara maupun di Kongo, dari pegunungan perbatasan antara kedua negara.
Setidaknya 12 jemaah tewas dan sekitar 50 terluka ketika sebuah bom diledakkan oleh ADF di sebuah kebaktian gereja di provinsi Kivu Utara Kongo pada Januari lalu.
ADF yang terkait ISIS ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS) pada 2021 dan diberi sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2014.
(Susi Susanti)