Pasir bergerak di sebelah timur kawasan bangkai Titanic menandakan keberadaan arus bawah laut yang bergerak dari timur ke barat.
Sementara, di situs utama bangkai kapal, para ilmuwan mengatakan arus cenderung bergerak dari barat-laut ke barat daya, mungkin akibat potongan-potongan besar dari bangkai kapal, sehingga arus berubah arah.
Di sekitar selatan haluan kapal, arus itu tampak mudah berubah, dari timur-laut ke barat-laut ke barat-daya.
Banyak pengamat memperkirakan pergerakan arus-arus ini akan kelak menguburkan bangkai kapal Titanic dalam sedimen.
Gerhard Seiffert, seorang arkeolog laut dalam yang baru saja memimpin ekspedisi untuk memindai bangkai kapal Titanic dalam resolusi tinggi, mengatakan kepada BBC bahwa ia tidak yakin arus di sekitar kawasan itu cukup kuat untuk membahayakan kapal selam.
“Saya tidak yakin arus dapat berpotensi membahayakan sebuah kendaraan laut dalam di sekitar situs Titanic,“ katanya. “Arus (bawah laut)… dalam konteks proyek pemetaan kami, hanya menimbulkan tantangan bagi ketepatan peta, bukan bagi keamanan.“
Setelah lebih dari 100 tahun berada di dasar laut, Titanic sudah secara perlahan mengalami degradasi.
Kerusakan awal dari tabrakan dua belahan kapal itu dengan dasar laut menyebabkan bagian-bagian besar kapal itu penyok dan terdistorsi.
Seiring berjalannya waktu, mikroba pemakan besi mulai menggerogoti besi yang ada di kapal dan membentuk pratikel karat berbentuk untaian es beku atau “rusticle“ yang mempercepat hancurnya kapal itu.