Kantor berita Reuters melaporkan para peserta acara tersebut dibawa ke tempat yang aman.
Pengunjuk rasa sayap kanan juga dengan kasar mengganggu festival Pride di Tbilisi pada 2021, menyerang jurnalis dan aktivis LGBT.
Penyelenggara Pride 2023, Mariam Kvaratskhelia, mengatakan telah terjadi "mobilisasi massa" kelompok sayap kanan jelang acara tahun ini. Dia mengatakan kelompok-kelompok itu secara terbuka menghasut kekerasan.
"Kami telah memberitahu kementerian dalam negeri dan polisi untuk segera memulai penyelidikan, tetapi mereka tidak melakukannya," katanya kepada Reuters.
Dia juga menuduh protes itu adalah tindakan terkoordinasi antara pemerintah dan kelompok radikal untuk menyabotase pencalonan Georgia di Uni Eropa (UE). Namun dia tidak memberikan bukti khusus untuk klaim ini.
Para penentang menuduh pemerintah Georgian Dream condong ke Moskow, meskipun Georgia sudah lama berambisi untuk bergabung dengan UE.
Protes massal pada Maret lalu berubah menjadi kekerasan atas rancangan undang-undang bergaya Rusia yang akan mengklasifikasikan kelompok non-pemerintah dan media sebagai "agen asing" jika mereka menerima lebih dari 20% dana mereka dari luar negeri.
Bentrokan dengan polisi di luar parlemen menyebabkan pemerintah membatalkan RUU tersebut.
(Susi Susanti)