WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) sangat prihatin dengan kejahatan siber yang dilakukan pelaku dari Korea Utara (Korut) dan Rusia.
Brian Nelson, Wakil Menteri Keuangan untuk urusan terorisme dan intelijen keuangan, menyoroti upaya AS yang sedang berlangsung untuk memberantas aktivitas siber ilegal oleh aktor Korut yang membantu mendanai program pengembangan senjata ilegal negara itu.
"Jelas, kedua negara pelaku yang paling saya khawatirkan adalah DPRK dan Rusia," terangnya dalam seminar virtual yang diselenggarakan oleh Center for a New American Security, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Washington, merujuk nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), dikutip Antara.
"Saya pikir... Anda bisa melihat betapa mereka mengandalkan aset virtual untuk mendukung program senjata pemusnah massal mereka. Itu adalah masalah keamanan nasional yang signifikan, sangat signifikan, yang sedang saya tangani," lanjutnya.
"Mengingat hal itu, tentu saja keterlibatan diplomatik dengan DPRK cukup menantang. Pemutusan aliran dana semacam ini, menurut saya, adalah penting," ujarnya.
Nelson menggarisbawahi pentingnya upaya sektor swasta untuk memutus aktivitas siber ilegal oleh aktor seperti Korut.
"Penjahat siber Korut secara aktif dan agresif mengeksploitasi kerentanan. Secara khusus, mereka mencari kekurangan dan terus terang, pengabaian yang disengaja oleh penyedia layanan swasta,” ungkapnya dalam webinar tersebut.