MOSKOW – Seorang jurnalis transgender Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini ditunjuk sebagai juru bicara resmi pasukan pertahanan teritorial Ukraina, Sarah Ashton-Cirillo, memunculkan kontroversi karena menyebut tentara Rusia sebagai “bukan manusia”.
Dalam klip 21 detik yang diposting di X, sebelumnya Twitter, pada Sabtu, (5/8/2023) Ashton-Cirillo terlihat berdiri di depan potongan karton seorang tentara Rusia. Menunjuk sosok itu, dia bertanya: "Apakah Anda tahu perbedaan antara kami dan mereka?"
Ashton-Cirillo mengatakan bahwa sementara Ukraina "berjuang untuk kebebasan," Rusia "berjuang untuk tirani dan kediktatoran". Dia menambahkan bahwa fitur yang paling khas adalah "cukup sederhana."
“Kami adalah manusia, dan orang-orang itu pasti bukan,” katanya sebagaimana dilansir RT, mengakhiri pidato dengan slogan “Kejayaan bagi Ukraina.”
Video tersebut tidak diterima dengan baik oleh banyak pengguna media sosial, dengan beberapa menggambarkannya sebagai "sangat tidak menyenangkan" dan "benar-benar menjijikkan". Komentar lain menyatakan bahwa memandang tentara Rusia sebagai bukan manusia tidak berakhir baik bagi Nazi Jerman pada 1940-an.
Pada Minggu, (6/8/2023) Ashton-Cirillo merilis klip terpisah yang mengejek pasukan terjun payung Rusia saat dia menggantung sosok prajurit yang sama secara terbalik dengan mengikatkan tali ke pergelangan kakinya. Ashton-Cirillo mengatakan dia sedang merayakan Hari Pasukan Terjun Payung Rusia, yang jatuh pada 2 Agustus.
Ashton-Cirillo, yang lahir dengan nama Michael Cirillo dan menyatakan diri sebagai transgender pada 2019, melakukan perjalanan ke Ukraina pada Maret 2022 tak lama setelah dimulainya konflik, pertama bekerja sebagai reporter dan kemudian mendaftar sebagai petugas medis tempur.
Wartawan itu sekarang menjadi pembawa acara program berita yang disponsori negara 'Russia Hates the Truth', yang mengklaim memerangi "propaganda Rusia."
Pernyataan Ashton-Cirillo muncul setelah serangkaian pernyataan serupa oleh pejabat Ukraina. Pekan lalu, Aleksey Danilov, kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, mengklaim bahwa orang Rusia adalah “orang Asia” dan bahwa perbedaan utama antara mereka dan orang Ukraina adalah “kemanusiaan”.
Mikhail Podoliak, seorang penasihat kepala kantor Presiden Vladimir Zelensky, mengatakan pada bulan Juni bahwa satu-satunya rencana untuk serangan balasan Ukraina yang sangat digembar-gemborkan adalah "pembunuhan maksimum orang Rusia."
Moskow telah mengklaim bahwa Ukraina telah gagal mendapatkan wilayah selama serangan balasan musim panasnya, dan menderita kerugian setingkat "bencana". Kremlin memperkirakan tentara Ukraina telah kehilangan lebih dari 43.000 anggota sejak dimulainya operasi serangan balasan tersebut pada awal Juni.
Rusia selama bertahun-tahun menyuarakan kemarahan atas Russophobia yang merajalela di Ukraina, dengan alasan bahwa Kiev telah mengubahnya menjadi kebijakan yang disetujui negara. Ukraina telah mengeluarkan undang-undang yang sangat membatasi penggunaan bahasa Rusia dalam pendidikan, media, dan kehidupan sehari-hari.
(Rahman Asmardika)