Ridwan Kamil Senang Diminta Selfie Warga, Tanda Jika Kerjanya Diakui
MANTAN gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menceritakan perjalannya selama menjadi orang nomor satu di Tanah Pasundan. Dia pun bersyukur merasa kehadirannya sebagai pemimpin cukup diakui warganya.
Lebih lanjut, pria yang disapa Kang Emil itu pun membocorkan kriteria seorang pemimpin menurut dia. Kehadiran di tengah masyarakat adalah salah satu yang jadi poin utama. Salah satu indikatornya adalah saat dia disambut ketika mendatangi warganya.
“Saya meneteskan air mata, sebegitunya warga itu menyambut kita, ya. Kalau kitanya kerja benar, itu bayarannya dido’ain, dimintai selfie, ya, dikakarowot (dicakar), itu tanda cinta,” tutur Ridwan Kamil dalam program Konspirasi Prabu, Kamis (7/9/2023).
Lebih lanjut, di era digital seperti saat ini, Kang Emil juga menyebut pentingnya interaksi dengan warga dalam bersosial media. Termasuk juga jadi sosok yang diharapkan warga untuk berfoto bersama.
“Seburuk-buruknya pemimpin di era ini adalah pemimpin yang tidak diajak selfie. Nah itu hati-hati. Kalau diajak selfie berarti ada sosok, ada gestur, ada program yang nempel di mereka. Ada yang terasa, terlihat, terrekam berkumpul dalam emosi mereka,” kata dia.
Bagi Ridwan Kamil, pemimpin yang masyarakatnya saja tidak mau berfoto bersama mengindikasikan jika dia tidak terdengar dan tidak dekat dengan rakyat.
Suami Atalia Praratya sendiri cukup bangga selama lima tahun menjadi gubernur Jawa Barat telah menorehkan berbagai prestasi lewat program-program yang dijalankan. Bahkan, jumlahnya cukup fantastis yakni 555 penghargaan.
“Dan total sampai diwawancara ini, jumlah penghargaan yang pemprov terima 555 penghargaan. Dari jabatan itu yang saya ingat, saya alhamdulillah tidak sia-sia jadi gubernur dengan segala imajinasi, dengan segala drama-drama, menghadirkan 555 perubahan yang berkualitas. Karena 555 itu yang diberi penghargaan, yang tidak mendapat penghargaan lebih banyak lag,” imbuh ayah dari mendiang Eril itu.
Prestasi tersebut tentunya berkelindan dengan berbagai upaya Ridwan Kamil memajukan daerahnya. Dia pun cukup produktif dalam membuat keputusan-keputusan yang membawa perubahan bagi daerahnya.
“Dan alhamdulillah, saya sangat produktif. Saya tidak mau ada satu hari tanpa ngambil keputusan. Rugi saja. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengambil keputusan. Pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak mau mengambil keputusan. Lebih baik ngambil keputusan keliru terus diperbaiki daripada tidak mau ambil risiko, takut, saya kira tidak begitu,” ucapnya.
(Lisvi Padlilah)
