Gandia dan tim pengamat mulai memahami bagaimana “jet lag” hidup di garis lintang dimana hewan tidak berevolusi dapat mempengaruhi mereka.
“Ini jelas merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada semua hewan yang ditangkap,” ujarnya.
Panda raksasa dipilih sebagai fokus penelitian karena mereka menjalani kehidupan yang sangat bergantung pada musim. Migrasi terjadi pada musim semi karena panda memakan spesies bambu tertentu dan mencari tunas baru. Musim semi juga merupakan musim kawin.
Gandia menjelaskan perlakuan mereka di penangkaran juga cocok untuk penelitian ini.
“Panda adalah hewan yang sangat baik untuk dijadikan fokus,” katanya. “Mereka sangat populer di kebun binatang dan banyak juga yang memiliki ‘kamera panda’ (kamera web dari kandang hewan), sehingga kita dapat melihat bagaimana perilaku mereka berubah di berbagai wilayah lintang,” ungkapnya.
Kamera-kamera ini memungkinkan para ilmuwan memantau perilaku panda selama 24 jam. Sementara itu, faktor lain seperti kunjungan rutin penjaga kebun binatang juga dapat mempengaruhi jam sirkadian hewan tersebut.
Gandia menjelaskan kepada CNN bahwa kisaran garis lintang panda raksasa adalah antara 26 dan 42 derajat utara. Garis lintang yang cocok juga dapat dipertimbangkan antara 26 dan 42 derajat selatan, karena mencerminkan suhu dan kondisi pencahayaan.