Sebuah tim yang terdiri dari 13 pengamat, dipimpin oleh Gandia, memantau 11 panda raksasa di enam kebun binatang berbeda, semuanya lahir di penangkaran. Kebun binatang tersebut belum teridentifikasi tetapi secara kasar terbagi antara garis lintang alami hewan tersebut dan yang berada di luar kisaran tersebut. Hewan-hewan yang cocok berada di garis lintang yang setara dengan habitat alami mereka di China atau Tiongkok, namun bisa saja berada di negara lain.
Para pengamat mempelajari panda setiap bulan selama satu tahun, melakukan pembacaan rutin untuk melihat bagaimana perilaku mereka berubah.
“Kami pada dasarnya mencatat seluruh perilaku panda raksasa, mencoba memperhitungkan perilaku yang merupakan indikator positif, netral, dan negatif bagi kesejahteraan. Jadi, ini mencakup perilaku seperti bermain, berdandan, dan perilaku yang berhubungan dengan seksual sebagai perilaku positif, dan minum dan buang air kecil/buang air besar sebagai perilaku pemeliharaan yang netral, dan beberapa perilaku abnormal/stereotip sebagai perilaku negatif, dengan mondar-mandir sebagai yang paling umum,” papar Gandia dalam emailnya kepada CNN.
Siang hari dan suhu merupakan petunjuk penting bagi panda. Gandia pun menjelaskan perbandingannya dengan jetlag.
“'Jet lag' tidak mengacu pada ketidakmampuan akut untuk tidur pada waktu yang tepat akibat berpindah dengan cepat antar zona waktu yang berbeda, namun lebih pada potensi kurangnya kemampuan untuk sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan. kondisi dan petunjuk di garis lintang dimana panda belum berevolusi untuk hidup. Oleh karena itu, hal ini dapat mengakibatkan jam internal atau perilaku tertentu menjadi tidak sinkron dengan lingkungan atau satu sama lain,” terangnya.