“Mereka adalah pasukan mini,” kata seorang sumber yang dekat dengan Hamas di Jalur Gaza, yang menolak disebutkan namanya karena masalah itu sensitif. Dia mengatakan kelompok tersebut memiliki akademi militer yang melatih berbagai spesialisasi termasuk keamanan siber, dan membanggakan unit komando angkatan laut di antara sayap militernya yang berkekuatan 40.000 orang.
Sebaliknya, pada era 1990an Hamas hanya memiliki kurang dari 10.000 anggota, menurut situs globalsecurity.org.
Sejak awal 2000an, kelompok tersebut membangun jaringan terowongan di bawah Gaza untuk membantu pasukannya melarikan diri, mendirikan pabrik senjata dan mendatangkan senjata dari luar negeri, menurut sumber keamanan regional, yang juga menolak diungkapp identitasnya. Kelompok tersebut memperoleh pasokan bom, mortir, roket, rudal anti-tank dan anti-pesawat, kata para pejabat Hamas.
Peningkatan kemampuan ini membuahkan hasil yang semakin mematikan selama bertahun-tahun. Israel kehilangan sembilan tentara pada serangan 2008. Pada 2014, jumlahnya melonjak menjadi 66 orang.
HA. Hellyer, rekan senior di Royal United Services Institute Inggris, mengatakan Israel mampu menghancurkan Hamas dalam serangan yang diperkirakan akan terjadi di daerah kantong padat penduduk tersebut.
"Pertanyaannya bukan apakah hal itu mungkin atau tidak. Pertanyaannya adalah bagaimana dampak terhadap seluruh populasi, karena Hamas tidak tinggal di sebuah pulau di lautan atau di sebuah gua di padang pasir,” katanya sebagaimana dilansir Reuters.