Dalam serangan mendadak pada 7 Oktober, yang merupakan pembobolan pertahanan Israel yang terburuk dalam 50 tahun terakhir, Hamas menembakkan lebih dari 2.500 roket. Pada saat bersamaan para anggotanya merangsek ke wilayah Israel dengan menggunakan paralayang, sepeda motor, dan kendaraan roda empat. Mereka membobol pertahanan Israel dan menghancurkan kota-kota dan wilayah pemukiman. Serangan itu menewaskan 1.300 orang dan menyandera puluhan orang.
Sumber yang dihubungi Reuters mengatakan bahwa meskipun Iran melatih, mempersenjatai, dan mendanai kelompok tersebut, tidak ada indikasi bahwa Teheran mengarahkan atau mengizinkan serangan tersebut.
"Keputusan, saat-saat kritis, semuanya berada di tangan Hamas - tetapi tentu saja kerja sama, pelatihan, dan persiapan semuanya berasal dari Iran," kata sumber keamanan regional tersebut.
Teheran mengakui pihaknya membantu mendanai dan melatih Hamas. Namun, membantah terlibat dalam serangan tersebut, meski memuji serangan itu.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan televisi Al Jazeera pada tahun lalu bahwa kelompoknya menerima sokongan di bidang militer sebesar USD70 juta dari Iran. “Kami punya roket yang diproduksi di dalam negeri, tapi roket jarak jauhnya datang dari luar negeri, dari Iran, Suriah, dan lainnya melalui Mesir,” tambahnya.
Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS pada 2020, Iran menyokong dana sekira USD100 juta atau sekira Rp1,57 triliun per tahun kepada kelompok-kelompok Palestina, termasuk Hamas, Jihad Islam Palestina, dan Front Populer untuk Komando Umum Pembebasan Palestina.