LONDON - Putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Yair, tidak termasuk di antara 300.000 tentara cadangan yang dimobilisasi untuk perang melawan Hamas, namun tetap berada di Florida, Amerika Serikat (AS) untuk melakukan kegiatan amal nirlaba. Beberapa tentara Israel merasa keberadaan Yair ini adalah sebuah pengkhianatan dan mengungkapkan kemarahan mereka, menurut laporan media Inggris.
“Yair menikmati hidupnya di Pantai Miami sementara saya berada di garis depan,” kata seorang tentara, seorang sukarelawan yang menghadapi Hizbullah di perbatasan dengan Lebanon, kepada surat kabar Times of London.
Meminta anonimitas karena alasan keamanan, tentara tersebut mengeluh bahwa “orang-orang yang bertanggung jawab atas situasi ini” tidak memikul beban mereka, sehingga memicu “ketidakpercayaan dan kemarahan” di kalangan tentara.
“Saudara-saudara kita, bapak-bapak kita, anak-anak kita, semua akan maju ke garis depan, tapi Yair masih belum ada di sini. Hal ini tidak membantu membangun kepercayaan pada kepemimpinan negara,” kata tentara tersebut kepada Times.
Tentara lainnya, yang menjadi sukarelawan dan bersiap untuk dikerahkan ke front selatan melawan Hamas, mengatakan bahwa dia terbang kembali dari Amerika dan meninggalkan pekerjaan, kehidupan, dan keluarganya.
“Tidak mungkin saya bisa tinggal di sana dan meninggalkan negara saya, rakyat saya, pada saat kritis ini. Dimana putra perdana menteri? Kenapa dia tidak ada di Israel?” kata prajurit itu sebagaimana dilansir RT. “Ini adalah momen yang paling menyatukan bagi kita sebagai warga Israel dalam sejarah kita baru-baru ini dan setiap orang dari kita harus berada di sini saat ini, termasuk putra perdana menteri.”
Semua warga Israel harus menjalani wajib militer dan panggilan cadangan hingga usia 40 tahun. Yair Netanyahu berusia 32 tahun. Namun, pengabdiannya di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) adalah sebagai juru bicara, bukan tentara tempur.