Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Derita Warga Gaza Terpaksa Minum Air Kotor dan Asin karena Bahan Bakar Habis

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 25 Oktober 2023 |18:09 WIB
Derita Warga Gaza Terpaksa Minum Air Kotor dan Asin karena Bahan Bakar Habis
Derita warga Gaza terpaksa minum air kotor dan asin karena bahan bakar habis (Foto: AFP)
A
A
A

Kelima instalasi pengolahan air limbah dan dua dari tiga instalasi desalinasi telah berhenti bekerja. Pabrik desalinasi besar terakhir yang tersisa di wilayah kantong tersebut, yang telah ditutup selama hampir seminggu, kembali beroperasi pada Sabtu (21/10/2023) namun kapasitasnya kurang dari 7% dari kapasitas biasanya. Meskipun beberapa unit desalinasi yang lebih kecil masih beroperasi, unit-unit tersebut masih bersifat lokal dan masih jauh dari memadai.

“Air tersebut dapat terkontaminasi kembali dengan sangat cepat,” katanya.

Omar Shaban, pendiri dan direktur lembaga pemikir independen PalThink for Strategic Studies yang berbasis di Gaza, mengatakan banyak truk air yang diandalkan warga Gaza untuk mengisi wadah air tidak dapat menjangkau rumah-rumah penduduk karena kekurangan bahan bakar, dan karena pemboman.

Membuat air dapat diminum juga bergantung pada bahan bakar.

Limbah menumpuk di jalan-jalan dan pengungsi Gaza berkerumun di tempat penampungan yang tidak memiliki sanitasi yang memadai.

Para ahli mengkhawatirkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan disentri, yang akan memberikan tekanan lebih besar pada sistem kesehatan yang sudah berada di ambang kehancuran.

CNN menghubungi COGAT, Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah tersebut, untuk memberikan komentar mengenai situasi air dan bahan bakar di Gaza tetapi belum menerima tanggapan.

Israel telah berulang kali mengatakan bahan bakar akan digunakan untuk upaya perang Hamas.

“Keputusan pemerintah adalah bahan bakar tidak masuk karena akan dicuri oleh Hamas dan akan digunakan oleh mereka untuk menggerakkan roket yang ditembakkan ke Israel untuk membunuh rakyat kami,” terang Mark Regev, penasihat senior Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kepada CNN pada Senin (23/10/2023). Dia mengatakan Israel tidak akan mengizinkan bahan bakar masuk meskipun semua sandera telah dibebaskan.

Namun, Kepala staf Angkatan Pertahanan Israel, Letjen Herzi Halevi, menyarankan agar posisi ini dilunakkan.

“Kami akan memastikan akan ada bahan bakar di tempat-tempat yang membutuhkan bahan bakar untuk mengobati warga sipil. Kami tidak akan mengizinkan bahan bakar untuk Hamas sehingga mereka dapat terus berperang melawan warga Israel,” katanya dalam pidato langsung di TV pada Selasa (24/10/2023) sore. Namun dia tidak memberikan rincian kapan dan bagaimana mereka akan mendistribusikan bahan bakar tersebut.

Badan-badan internasional memperingatkan bahwa tanpa bahan bakar, air minum yang aman akan habis.

“Orang-orang akan mulai meninggal karena dehidrasi parah, di antaranya adalah anak-anak kecil,” kata Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.

Akses terhadap air bersih telah lama menjadi salah satu tantangan tersulit bagi mereka yang tinggal di Jalur Gaza. Wilayah seluas 140 mil persegi ini merupakan salah satu tempat terpadat di dunia.

Gaza memiliki tiga sumber air utama. Yakni pabrik desalinasi, jaringan pipa yang mengalirkan air yang dibeli dari Israel, dan sumur air tanah.

Sebagian besar air di Gaza berasal dari akuifer pesisir, yaitu perairan bawah tanah yang membentang di sepanjang garis pantai Mediterania timur dari Semenanjung Sinai di Mesir hingga Israel.

Sekitar 97% tidak dapat diminum karena rasanya asin, payau, dan terkontaminasi oleh air limbah dan polusi yang tidak diolah.

Akuifer tersebut telah diekstraksi secara berlebihan untuk melayani populasi Gaza yang terus bertambah. Jumlah air yang dibuang lebih dari dua kali lipat dibandingkan jumlah air yang diisi kembali secara alami setiap tahunnya, dan ketika tingkat air tawar menurun, air asin dari Mediterania telah meresap ke dalamnya.

Krisis iklim juga berdampak. Kenaikan permukaan air laut akan meningkatkan salinitas air tanah dan kejadian cuaca ekstrem yang lebih intens dan sering terjadi seperti panas dan kekeringan akan semakin mengancam sumber daya air.

Hall mengatakan kontrol Israel atas sistem air Gaza telah membuat situasi menjadi lebih sulit. Terutama dalam hal bagian-bagian yang diperbolehkan masuk ke wilayah tersebut.

Barang-barang yang dianggap “penggunaan ganda” – yang berarti barang-barang tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan militer – memerlukan izin khusus untuk dibawa ke Gaza.

“Membangun apa pun, baik di Tepi Barat atau Gaza, dalam hal infrastruktur air sangatlah sulit,” terangnya.

Bahkan sebelum konflik terjadi, banyak ahli mengatakan bahwa situasi air akan menjadi bencana besar di masa depan.

Bagi masyarakat di Gaza, tidak ada jalan keluar karena krisis ini semakin parah. Kekurangan air terjadi dalam konflik di seluruh dunia, namun kenyataannya banyak orang yang pergi begitu saja.

“Ketika air mengering, mereka berpindah-pindah dan warga Gaza tidak bisa bergerak,” lanjutnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement