Sehingga, para santri harus menguasai dua ilmu yaitu ilmu akhirat dan ilmu dunia atau ahli dzikir dan ahli pikir. Sementara itu, kegiatan peringatan Hari Santri Nasional diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran.
Peringatan Hari Santri dilakukan sebagai wadah penting untuk mempromosikan perdamaian, kerukunan, dan keberlanjutan global di kalangan pemuda santri Indonesia. Sehingga bisa menjadi contoh nyata dukungan terhadap kesatuan umat Muslim di kawasan Asia Tenggara.
Hadir menyampaikan sambutannya, Direktur Departemen Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Indonesia Ani Nigeriawati, Wakil Presiden ICYF Tantan Taufiq Lubis, Pelaksana tugas direktur ICYF-ERC Vusal Gurbanov, Presiden OIC Indonesia Astrid Nadya Rizqita. Kemudian, ada Direktur Santri Diplomacy Academy Sururoh Uthman, Khodimul Ma’had Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Kiai M. Yazid Dimyati, Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani, serta Dubes Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun.
Diskusi panel dilakukan pada hari pertama acara dengan topik "Mempromosikan Kearifan Hidup Damai melalui Keterlibatan Santri." Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid menjadi pembicara utama.
Selain itu, ada juga Asisten Deputi VI Kemenko PMK RI Jazziray Hartoyo, Pimpinan Gusdurian Networking Inayah W. Wahid, dan Respirstori Saddam Al Jihad dari Presiden Pemuda Asia Afrika.
Topik lainnya yang juga dibahas mengenai "Komitmen Santri untuk Keberlanjutan Global melalui Ekologi Spiritual," yang dipandu Sekretaris Deputi IV Kemenko PMK RI Iwan Eka Setiawan, Ketua LPLH dan SDA MUI Pusat Hayu S. Prabowo.
Kemudian, Ketua Pusat Kajian Islam Universitas Nasional Fachruddin Mangunjaya, Alumni Ponpes Darul Ulum Lido dan Alumni Jerman Widyasworo Priatmojo dan Koordinator Green Pesantren Lazisnu PBNU Riri Khariroh.
(Arief Setyadi )