Kali ini Faïd menghabiskan tiga bulan dalam pelarian. Namun polisi akhirnya melacaknya hingga ke kampung halamannya di Creil, sebelah utara Paris, di mana dia terlihat berkeliling dengan mengenakan burqa.
Bagi Faïd, yang pernah digambarkan dalam profil polisi sebagai "predator sosial" dan "manipulator berbakat", persidangan selama tujuh minggu adalah kesempatan langka usai bertahun-tahun di sel isolasi untuk tampil di hadapan juri dan menampilkan versi romantisnya. tentang masa lalu kriminalnya.
Pada penampilan pertamanya di ruang sidang khusus, yang sama dengan yang digunakan dalam persidangan teroris baru-baru ini, dia bercanda bahwa dia mengenakan sepatu lari untuk kesempatan tersebut.
"Karena Anda tidak pernah tahu. Lampu padam, dan ketika menyala lagi, Aku pergi!,” ujarnya, dikutip BBC.
Dia mengatakan kebosanan dan kemungkinan hukuman 20 tahun penjara lagi yang mendorongnya untuk merencanakan pelarian tersebut, yang mekanismenya dia dasarkan pada pelarian Prancis yang terkenal sebelumnya. Inspirasinya muncul ketika dia melihat pihak berwenang telah melakukan "kesalahan besar" dengan tidak menggunakan jaring anti-helikopter di atas halaman.
"Saya berada di dalam sarkofagus beton 23 jam dari 24 jam. Apa yang harus saya lakukan? Menendang tumit saya tanpa batas waktu?,” tanyanya di pengadilan,
"Saya mempunyai kecanduan yang menguasai saya dan tidak dapat saya obati. Saya kecanduan kebebasan,” lanjutnya.