GAZA - Tamara Al-Rifai dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Palestina, UNRWA, mengatakan kepada BBC bahwa kamp pengungsian Jabalia adalah kamp yang sangat miskin "dengan sebagian besar penduduknya bergantung pada bantuan.
Awalnya, Jabalia adalah sebuah kamp yang dilengkapi tenda, seperti yang terlihat pada foto-foto hitam-putih kuno. Namun seperti kebanyakan kamp yang didirikan pada tahun 1948, kamp-kamp tersebut perlahan-lahan berubah menjadi tempat yang lebih mirip dengan kota-kota kumuh.
Al-Rifai mengatakan UNRWA mengenal kamp tersebut dengan sangat baik karena ini adalah kamp terbesar dari delapan kamp pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan juga yang paling padat penduduknya.
Al-Rifai mengatakan badan PBB tersebut memiliki 16 sekolah di kamp tersebut.
“Jadi saya berani mengatakan bahwa rekan-rekan saya di sekolah ini - para guru, pendidik - mengenal sebagian besar anak-anak di kamp ini sehingga ini adalah momen perhitungan yang sangat sulit bagi kami yang belum bisa sampai di sana,” terangnya.
Kamp tersebut berada di bagian utara Gaza – sebuah wilayah di mana Israel telah memerintahkan warganya untuk meninggalkan kamp tersebut demi keselamatan mereka.
Seperti diketahui, serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara telah menewaskan lebih dari 50 orang dan 150 lainnya terluka.