Perang ini dimulai setelah serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan 1.400 orang dan 240 lainnya disandera.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 10.500 orang telah tewas di wilayah tersebut sejak saat itu.
Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa “bencana yang sedang terjadi” membuat gencatan senjata kemanusiaan menjadi lebih mendesak.
Pada pertemuan di Tokyo, para menteri luar negeri dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) menyatakan bahwa mereka mendukung jeda dan koridor kemanusiaan untuk memfasilitasi bantuan yang sangat dibutuhkan, pergerakan sipil dan pembebasan sandera. Namun mereka tidak menyerukan gencatan senjata.
Pada konferensi pers setelahnya, Blinken memaparkan posisi pemerintahan Biden mengenai seperti apa seharusnya Gaza pasca-konflik.
“Amerika Serikat percaya bahwa elemen-elemen kuncinya harus mencakup tidak adanya perpindahan paksa warga Palestina dari Gaza. Tidak sekarang. Tidak setelah perang,” katanya, dikutip CNN.
“Tidak ada penggunaan Gaza sebagai platform untuk terorisme atau serangan kekerasan lainnya. Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir. Tidak ada upaya untuk memblokade atau mengepung Gaza. Tidak ada pengurangan wilayah Gaza,” lanjutnya.
“Kita juga harus memastikan tidak ada ancaman teroris yang berasal dari Tepi Barat,” ujarnya.
Dia mengatakan elemen afirmatif diperlukan untuk perdamaian berkelanjutan.
“Ini harus mencakup pemerintahan yang dipimpin Palestina dan Gaza yang bersatu dengan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina,” katanya.