Pada 27 Oktober lalu, AS melancarkan serangan udara pertamanya terhadap dua fasilitas penyimpanan senjata dan amunisi di Suriah timur yang digunakan oleh milisi yang didukung Iran.
“Serangan pertahanan diri” lainnya dilakukan pada 8 November terhadap sebuah fasilitas di Suriah timur dengan menggunakan dua pesawat F-15.
Dengan perang yang berkecamuk di Jalur Gaza dan kekhawatiran akan eskalasi menjadi konflik regional, terdapat kekhawatiran mendasar bahwa Iran dan proksinya akan segera terlibat dalam pertarungan antara Israel dan Hamas, sehingga memicu perang yang lebih luas dan bahkan lebih serius.
AS telah menekankan bahwa serangan udara baru-baru ini tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Gaza, bahwa serangan tersebut tidak dilakukan melalui koordinasi apa pun dengan Israel, dan bahwa serangan tersebut sepenuhnya merupakan tindakan pertahanan diri yang terpisah.
Para pejabat Amerika mengatakan mereka telah melakukan kontak dengan Iran dan proksinya untuk memperingatkan terhadap peningkatan pertempuran di wilayah tersebut.
“Kami bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa tindakan militer kami tidak menandakan perubahan dalam pendekatan kami terhadap konflik Israel-Hamas, dan kami tidak mempunyai niat untuk meningkatkan konflik di wilayah tersebut,” kata seorang pejabat senior Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Bulan lalu, Biden mengirimkan pesan langka langsung kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkannya untuk tidak menargetkan pasukan AS di Timur Tengah.
(Susi Susanti)