"Sekitar pukul empat pada hari Jumat, [gempa bumi] mulai terjadi tanpa henti. Gempa besar terus terjadi selama berjam-jam," kata Gunnarsson.
"Pertama dan terpenting, pemikiran bahwa Anda mungkin tidak akan pernah melihat kota asal Anda lagi, itu sulit,” lanjutnya.
“Kami semua bergegas keluar dari [Grindavik] dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan jam, jadi kami tidak benar-benar berpikir pada saat itu bahwa mungkin ini adalah kali terakhir kami melihat rumah kami, jadi itu sulit,” ujarnya.
Ribuan guncangan telah tercatat di sekitar gunung berapi Fagradalsfjall di dekatnya dalam beberapa pekan terakhir.
Mereka terkonsentrasi di Semenanjung Reykjanes, yang tidak aktif akibat aktivitas gunung berapi selama 800 tahun sebelum letusan pada 2021.
Islandia telah mengumumkan keadaan darurat, sementara Kantor Meteorologi Islandia mengatakan ada risiko besar terjadinya letusan.
Thor Thordason, profesor vulkanologi di Universitas Islandia, mengatakan kepada BBC bahwa magma sekarang berada kurang dari 800m di bawah permukaan dan letusan akan segera terjadi.
“Sayangnya, sisi letusan yang paling mungkin terjadi tampaknya berada di dalam batas kota Grindavik,” tambahnya.
(Susi Susanti)