HAITI - Sebuah rumah sakit (RS) di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, telah dievakuasi oleh polisi setelah terjadi kekerasan geng di dekatnya.
Menurut Direktur RS Jose Ulysse, lebih dari 100 pasien – hampir setengahnya adalah anak-anak – harus dikeluarkan dari Rumah Sakit Fontaine.
Rumah sakit tersebut berada di kawasan kumuh besar di Cite Soleil, dimana terdapat laporan terjadinya kerusuhan dalam beberapa hari terakhir setelah kematian seorang pemimpin geng.
Haiti saat ini berada dalam cengkeraman pelanggaran hukum yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Ada perang geng, tapi perang terjadi di sekitar rumah sakit,” kata Ulysse kepada kantor berita AFP, mengklarifikasi laporan sebelumnya bahwa geng-geng tersebut memasuki rumah sakit dan menyandera orang.
Dia mengatakan rumah-rumah di sekitar rumah sakit telah dibakar dan sementara beberapa orang dapat meninggalkan rumah sakit sendirian.
Termasuk seorang wanita yang melahirkan melalui operasi caesar sehari sebelumnya yang membutuhkan bantuan dari pihak berwenang setempat.
"Kami berhasil menyelamatkan semua orang," lanjutnya.
Sebuah sumber di Port-au-Prince mengatakan kepada Koresponden BBC Meksiko, Amerika Tengah dan Kuba, Will Grant, bahwa situasi di rumah sakit meningkat dengan sangat cepat.
Hal ini terjadi sehari setelah pemimpin geng yang berkuasa, Iskar Andrice, terbunuh di Cite Soleil - yang menimbulkan kekhawatiran bahwa akan terjadi peningkatan kekerasan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Geng-geng semakin menguasai Port-au-Prince sejak pembunuhan presiden negara itu pada tahun 2021 yang melemparkan Haiti ke dalam krisis politik.
Menurut angka terbaru dari PBB, ribuan warga Haiti telah meninggalkan rumah mereka di ibu kota. Sedangkan lebih dari 2.400 lainnya tewas.
Kenya mengatakan akan mengirim 1.000 petugas polisi ke Haiti untuk membantu memulihkan ketertiban. Langkah ini didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
(Susi Susanti)