Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Bung Karno Menolak Mengakui Keberadaan Israel Tahun 1958

Bertold Ananda , Jurnalis-Jum'at, 24 November 2023 |08:06 WIB
Kisah Bung Karno Menolak Mengakui Keberadaan Israel Tahun 1958
Ilustrasi Bung Karno tolak Israel (Foto: Istimewa)
A
A
A

JAKARTA- Mengulik kisah Bung Karno menolak mengakui keberadaan Israel tahun 1958. Kala itu Bung Karno menolak pertandingan melawan Israel pada turnamen tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina.

Simak kisah Bung Karno menolak mengakui keberadaan Israel tahun 1958:

Saat momen ajang perhelatan sepakbola tersebut Indonesia bertemu untuk bertanding dengan Israel demi bisa lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia.

Akan tetapi tim nasional Indonesia dengan sangat tegas menolak bertanding dengan Israel dan melepaskan diri dari piala dunia. Bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia.

Tidak hanya itu saja, pada gelaran Asian Games IV tahun 1962, Ir Soekarno juga tidak memberikan akses VISA kepada atlet Israel dan Taiwan hingga membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengeluarkan Indonesia dari ajang bergengsi tersebut.

Tentu terdapat alasan khusus Bung Karno enggan memiliki hubungan dengan Israel karena akan menganggu hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab dan China.

Dalam hal ini pidato menggugah Soekarno tentang kemerdekaan Palestina yang belum banyak orang tahu. Hal itu terjadi pada tahun 1962, saat itu Presiden pertama Indonesia dengan lantang mengatakan bahwa selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina.

Kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neokolonialisme itu ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Al-jazair, dan seterusnya," ujar Soekarno.

Tidak hanya itu dia menilai Israel yang didirikan atas bantuan Inggris merupakan bentuk nyata kolonialisme baru yang mengancam perdamaian dunia.

Menyikapi hal tersebut, saat penyelenggaraan Konfrensi Asia Afrika (KAA) pada 1955, Soekarno mengundang Palestina meskipun saat itu belum diakui sebagai negara merdeka. Mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mewakili kepentingan Palestina.

"Kemerdekaan Palestina tak terbantahkan dan selalu konsisten. Bukan sekedar lewat kata-kata, tapi juga dibuktikan melalui tindakan nyata,"bebernya.

Itulah kisah menarik dari perjuangan Bung Karno menolak keras dan enggn mengakui keberadaan Israel pada tahun 1950 silam.

(Rina Anggraeni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement