ATLANTA - Seorang pengunjuk rasa berada dalam kondisi kritis setelah membakar dirinya sendiri di konsulat Israel di negara bagian Georgia, Amerika Serikat (AS), dalam apa yang disebut polisi sebagai “tindakan protes politik yang ekstrem”.
Polisi mengatakan demonstran menggunakan bensin, dan sebuah bendera Palestina ditemukan di tempat kejadian, di luar misi di Atlanta.
Jenis kelamin dan usia orang tersebut masih belum jelas.
Seorang penjaga keamanan yang berusaha melakukan intervensi juga terluka.
Menurut polisi, pengunjuk rasa tiba di lokasi tersebut pada pukul 12:17 waktu setempat (17:17 GMT).
“Kami yakin gedung ini tetap aman dan kami tidak melihat adanya ancaman di sini,” kata Kepala Polisi Atlanta Darin Schierbaum. “Kami yakin ini adalah tindakan protes politik,” lanjutnya.
Kepala Pemadam Kebakaran Atlanta Roderick Smith mengatakan kepada wartawan, penjaga itu menderita luka bakar di pergelangan tangan dan kaki.
Baik pengunjuk rasa dan penjaga dibawa ke rumah sakit setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Konsul Jenderal Israel untuk AS Tenggara, Anat Sultan-Dadon, mengatakan bahwa misi diplomatik sangat sedih mengetahui adanya aksi bakar diri di pintu masuk gedung kantor.
“Sungguh tragis melihat kebencian dan hasutan terhadap Israel diungkapkan dengan cara yang mengerikan,” terangnya.
“Kesucian hidup adalah nilai tertinggi kami. Doa kami menyertai petugas keamanan yang terluka saat berusaha mencegah tindakan tragis ini,” lanjutnya.
Seperti diketahui, pertempuran kembali terjadi antara Israel dan Hamas pada Jumat (1/12/2023) pagi setelah gencatan senjata tujuh hari antara kedua belah pihak.
Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang, dan sekitar 240 lainnya disandera.
Hampir 15.000 orang tewas dalam operasi pembalasan Israel di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Perang tersebut telah memicu ratusan protes – untuk mendukung warga Palestina dan Israel – di seluruh Amerika.
Para pejabat AS telah memperingatkan peningkatan ujaran kebencian antisemit dan Islamofobia sejak konflik dimulai.
Pada 16 November lalu, polisi menangkap seorang tersangka kematian seorang pria Yahudi di California menyusul bentrokan antara pengunjuk rasa pro-Israel dan pro-Palestina. Korbannya, Martin Kessler, 69 tahun, terjatuh saat terjadi perselisihan di rapat umum dan meninggal keesokan harinya.
Pada pertengahan Oktober, seorang pria Illinois didakwa melakukan pembunuhan dan kejahatan kebencian setelah diduga menikam seorang anak laki-laki berusia enam tahun hingga tewas karena dia seorang Muslim.
(Susi Susanti)