Serambi-serambi di bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja dengan membentuk dua bundaran, yang mengelilingi ruang ibadah. "Gereja ini memang cantik dan antiknya terlihat dari kubahnya. Sederhana, namun tampak megah," tutur Martha.
Lewat konstruksi kubah ini, sinar matahari dapat menerangi seluruh ruangan dengan merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas kubah dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun, simbol Mesir untuk dewi cahaya.
Di dalam gereja ini juga terdapat orgel kuno hasil buatan J. Datz, seorang warga Belanda. "Sekitar tahun 1985, orgel ini dibongkar dan dibersihkan. Sampai sekarang masih berfungsi dengan baik. Indah sekali," pungkasnya.
Namun seiring berjalannya waktu tempat satu ini perlahan mulai dijadikan tempat ibadah umum umat Kristiani sekaligus menjadi bangunan cagar budaya. Hal itu sudah diresmikan melalui keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tanggal 29 Maret 1993 dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.
(Rina Anggraeni)