Kelompok Negara-Negara Tertinggal (Least Developed Countries Group) mengatakan mereka tidak dapat menerima naskah tersebut, dan ketuanya bertanya: “Di mana ambisinya?”
Arab Saudi, yang dilaporkan memblokir pernyataan keras mengenai penghapusan fosil selama pembicaraan, tidak menanggapi permintaan komentar.
Dan negara-negara berkembang yang menginginkan lebih banyak dukungan untuk mengalihkan perekonomian mereka dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan juga kemungkinan besar akan mendukung kesepakatan yang tidak terlalu menekankan penghentian penggunaan batu bara, minyak, dan gas secara cepat.
Teks terbaru tersebut memang mencakup janji untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada 2030, sebuah janji yang ditandatangani sebelumnya dalam perundingan oleh lebih dari 100 negara.
Rancangan tersebut tampaknya tidak memenuhi standar keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya pada hari Senin oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Dia mengatakan perundingan tersebut akan dinilai berdasarkan kemampuan negara-negara dalam memutuskan masa depan batu bara, minyak dan gas.
“Pertemuan tersebut hanya akan dianggap sukses jika mencapai konsensus mengenai perlunya penghapusan bahan bakar fosil sesuai dengan jangka waktu 1,5C,” katanya.
Negara-negara telah berjanji untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5C dibandingkan tingkat pada masa pra-industri.
Pembicaraan secara resmi seharusnya selesai pada Selasa (12/12/2023) tetapi bisa dibatalkan karena negara-negara saling berdebat mengenai kesepakatan akhir.
(Susi Susanti)