Lebih dari 30.000 orang masih berada di tempat penampungan, dan beberapa kota kekurangan air, listrik, dan koneksi internet.
Seorang perempuan, yang berlindung di pusat evakuasi di Wajima bersama suaminya yang terluka, menceritakan kepada kami bahwa bahkan di pusat evakuasi tersebut tidak terdapat cukup makanan dan air, dan antrian di satu-satunya toko yang buka mengular di sepanjang jalan.
Pada Rabu (3/1/2024), Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida mengumumkan rencana untuk melipatgandakan jumlah personel militer dan penyelamat yang memberikan bantuan. Dia mengakui bahwa upaya penyelamatan terhambat oleh kerusakan parah di jalan.
Jepang adalah salah satu negara yang paling aktif secara seismik di dunia, dan aktivitas di sekitar Semenanjung Noto telah meningkat sejak akhir tahun 2020. Telah terjadi lebih dari 500 gempa kecil dan menengah di sini selama tiga tahun terakhir. Hal ini telah menimbulkan rasa aman yang palsu di antara sebagian orang yang tinggal di sini.
“Kami selalu mengalami gempa bumi di sini, tapi saya tidak mengira akan terjadi gempa sebesar ini,” kata Toshio Iwahama, yang rumahnya rusak parah. “Saya tidak menganggapnya serius. Saya pikir kita aman,” ujarnya.
Pada usia 82 tahun, dan baru saja menjanda, dia khawatir tentang bagaimana dia akan membayar biaya perbaikan.
Sekarang yang menjadi perhatiannya adalah gempa susulan. Telah terjadi lebih dari 200 gempa susulan sejak gempa terjadi pada Senin (1/1/2024).
Alarm peringatan berbunyi dari ponsel tepat sebelum tanah berguncang, memaksa orang keluar masuk rumah mereka. Beberapa merasa khawatir untuk bersembunyi di dalam rumah, untuk berlindung dari dingin dan hujan.
Namun kenangan akan gempa bumi besar di masa lalulah yang menghidupkan kembali trauma masyarakat, terutama gempa besar dan tsunami tahun 2011 yang memicu bencana nuklir Fukushima dan menewaskan hampir 20.000 orang.
Jepang telah menjadikan dirinya lebih tahan terhadap gempa bumi dan tsunami selama bertahun-tahun, begitu pula masyarakatnya. Rumah, jalan, dan pembangkit listrik tenaga nuklir lebih aman, sementara warga lebih waspada dan siap merespons.
Namun gempa bumi yang terjadi pada Senin (1/1/2024)menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki kekuatan yang mengejutkan dan menghancurkan negara tersebut.
Hal ini telah menghancurkan harapan masyarakat di Semenanjung Noto bahwa mereka akan terhindar dari bencana besar, sehingga menimbulkan ketakutan terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya.
(Susi Susanti)