GAZA – Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh telah mengkonfirmasi pihaknya sedang mempelajari proposal baru untuk menghentikan pertempuran di Jalur Gaza.
Haniyeh mengatakan kelompok tersebut diundang untuk membahas kerangka kerja yang ditetapkan oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Qatar dan Mesir.
Dilaporkan bahwa mereka mengusulkan gencatan senjata enam minggu, ketika lebih banyak sandera Israel akan ditukar dengan tahanan Palestina.
Haniyeh menekankan bahwa prioritas Hamas adalah gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel, namun Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengesampingkan hal tersebut.
Pada Selasa (30/1/2024) pagi, pimpinan politik Hamas yang berbasis di Qatar mengatakan pihaknya telah menerima undangan untuk pergi ke Kairo guna membahas kerangka kerja tersebut dan akan menanggapinya atas dasar bahwa prioritasnya adalah menghentikan agresi di Gaza dan menarik pasukan pendudukan keluar.
Haniyeh menekankan bahwa Hamas terbuka untuk mendiskusikan inisiatif atau gagasan praktis apa pun, asalkan hal tersebut mengarah pada penghentian agresi secara menyeluruh, mengamankan perlindungan bagi para pengungsi kami untuk membangun kembali [Gaza], mencabut blokade dan mencapai pertukaran serius para tawanan untuk menjamin pembebasan tahanan kami di penjara-penjara Israel.
Konflik tersebut dipicu oleh serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.300 orang dan sekitar 250 lainnya disandera.
Lebih dari 26.700 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
Selama gencatan senjata selama seminggu pada akhir November, 105 sandera Israel dan asing dibebaskan dan ditukar dengan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Israel mengatakan 136 sandera masih ditahan, meski sekitar dua lusin di antaranya diperkirakan tewas.
Pada Minggu (28/1/2024), PM Qatar, direktur Badan Intelijen Pusat AS dan kepala intelijen Mesir mengadakan pembicaraan di Paris dengan kepala badan intelijen Israel Mossad dan badan keamanan dalam negeri Shin Bet.
Mereka menyetujui persyaratan kerangka kerja untuk jeda kedua dalam pertempuran, yang menurut laporan media AS akan membuat Hamas melepaskan sandera lanjut usia, perempuan dan anak-anak yang tersisa sebagai imbalan atas tahanan Palestina selama periode awal enam minggu. Jika hal ini berhasil, maka akan ada dua tahap pertukaran lagi, yang pada akhirnya akan melibatkan tentara laki-laki Israel.
(Susi Susanti)