NAHDLATUL Ulama atau NU hari ini genap berusia 101 tahun. Puncak Hari Lahir atau Harlah ke-101 NU dipusatkan di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Yogyakarta, Rabu (31/1/2024) yang dijadwalkan dihadiri oleh Presiden Jokowi.
NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia sudah berkontribusi besar dalam sejarah perjalanan bangsa dan negara. Dididirikan oleh sekelompok kiai atau ulama di Surabaya pada 31 Januari 1926, NU bukan hanya berjuang dalam lingkup keagamaan, tapi juga sosial kemasyarakatan untuk kepentingan bangsa dan negara.
NU berperan besar dalam melawan penjajah, kemudianmempertahankan dan mengisi kemerdekaan setelah Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Berikut catatan sepak terjang NU dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia :
- NU di Masa Penjajahan Belanda
Belanda pernah menduduki Nusantara selama bertahun-tahun. Sikap kolonialismenya menumbuhkan ketidakpuasan dalam masyarakat Indonesia hingga akhirnya pemuka agama menghimpun kekuatan melalui dunia pesantren yang bernama Nahdlatul Ulama.
Saat itu, NU bangkit menghimpun hizbullah untuk melawan Belanda yang dianggap kafir dan zalim. Melalui kekuatannya, NU mampu memunculkan kelompok baru yang disebut ulama dan santri.
- NU di Masa Penjajahan Jepang
Saat masa penjajahan Jepang, kaum ulama dan kiai diberi jabatan oleh Jepang. KH Hasyim Asy’ari pada saat itu ditunjuk sebagai ketua Shumubu (Kepala Kantor Urusan Agama). NU juga berperan penting dalam organisasi Masyumi bentukan Jepang.
BACA JUGA:
Sebagian besar tokoh NU dijadikan pengurus, seperti KH Hasyim Asy’ari sebagai ketua pertama Masyumi dan Wahab Chasbullah sebagai penasihat dewan pelaksana. Selain itu puluhan ribu anggota NU dilatih secara militer dalam PETA (Pembela Tanah Air).
Keterlibatan NU dalam pemerintahan Jepang hanyalah sebuah siasat politik NU dalam melawan Jepang. Melansir dari nu.or.id, siasat itu ditujukan untuk kepentingan bangsa Indonesia yaitu melakukan konsolidasi kekuatan pribumi.
Mempersiapkan ‘condition of possibilities’, memanfaatkan peluang dan momentum ketika terjadi krisis geopolitik di level internasional. Pada saat itulah NU menempatkan posisi sesuai
porsi di level nasional.
- Keterlibatan NU sebagai Panitia Persiapan Kemerdekaan RI
Tokoh-tokoh NU kian dilibatkan dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan RI. Mereka diberi kedudukan sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Keterlibatannya mempunyai arti penting
dalam perumusan Pembukaan UUD negara Republik Indonesia.
- Mengeluarkan Revolusi Jihad
Kegiatan politik NU semakin kental pada masa kemerdekaan. Pada Muktamar NU di Surabaya, 22 Oktober 1945, NU mengeluarkan “Resolusi Jihad” yang menyatakan bahwa perjuangan untuk merdeka adalah Perang Suci (jihad).
Resolusi tersebut sebagai ajang penolakan kembalinya kekuatan kolonial sekaligus penolakan NU terhadap perjanjian dan konsesi diplomatik dalam Perjanjian Renville (1946), Perjanjian Linggarjati (1948), dan Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949).
(Salman Mardira)