JAKARTA —Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) seluruh Indonesia menggelar konsolidasi di Jakarta, pada Jumat (5/12/2025). Konsolidasi ini untuk menyikapi makin menguatnya praktik keputusan sepihak di PBNU yang dinilai menjauh dari tradisi musyawarah dan tabayyun.
Mereka juga menyerukan agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART serta menghormati ikhtiar islah para kiai sepuh.
Juru Bicara Jaringan Kader Muda NU, Purwaji, menegaskan bahwa rencana pihak tertentu untuk menggelar rapat pleno guna menunjuk Penjabat (PJ) Ketua Umum justru bertentangan dengan kehendak para kiai sepuh yang sedang mengupayakan islah.
“Jika benar ada rencana pleno penunjukan PJ, itu adalah bentuk kesewenang-wenangan. Para kiai menghendaki islah, bukan pemaksaan pleno. Sangat menyedihkan jika suara para kiai dianggap bisa diabaikan begitu saja,” tegasnya.
Purwaji juga menekankan bahwa AD/ART bukan formalitas, tetapi pagar yang menjaga kehormatan Jam’iyah.
Sementara itu, salah satu narasumber pertemuan konsolidasi kader muda NU, Fajri Al Farobi, menegaskan bahwa tradisi NU hanya bisa hidup dalam ruang dialog.
“Islah adalah jalannya para kiai. Ketika pintu dialog ditutup dan keputusan diambil sepihak, maka itu bukan lagi tradisi NU. Maka dari itu, forum konsolidasi ini adalah gerakan moral untuk memastikan NU tetap berada di rel yang benar,” pungkasnya.