Laporan tersebut menelusuri penghancuran ribuan bangunan yang dilakukan pasukan Rusia, termasuk ratusan blok apartemen bertingkat tinggi dan infrastruktur sipil seperti rumah sakit, sekolah, dan universitas.
Ia juga mengidentifikasi 17 unit militer dan garda nasional khusus Rusia atau yang berafiliasi dengan Rusia yang beroperasi di kota itu selama puncak pertempuran pada bulan Maret dan April 2022, serta tokoh-tokoh senior yang dikatakan mungkin memikul tanggung jawab pidana.
“Jelas bahwa pejabat tingkat senior hingga Presiden Putin mengetahui situasi di Mariupol, dan tampaknya terlibat langsung dalam perencanaan dan koordinasi serangan terhadap kota tersebut,” tambahnya.
Putin sudah menjadi subjek surat perintah penangkapan atas kejahatan perang dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), yang menyatakan bahwa presiden Rusia memikul tanggung jawab individu atas penculikan dan deportasi anak-anak Ukraina ke Rusia secara tidak sah.
Laporan HRW merekomendasikan agar dia dan komandan tinggi lainnya diselidiki dan dituntut secara hukum atas peran mereka dalam kejahatan perang yang berkaitan dengan kampanye di Mariupol, atas serangan yang melanggar hukum dan kemungkinan pemblokiran bantuan kemanusiaan dan evakuasi secara sewenang-wenang.
“Meskipun ada tantangan dalam menyelidiki kejahatan perang di wilayah yang tidak dapat diakses oleh pendudukan Rusia, kami dan mitra kami telah menghabiskan hampir dua tahun untuk mengungkap kebenaran tentang kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh pasukan Rusia di Mariupol,” ujar Roman Avramenko, Direktur eksekutif Truth Hounds, dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi dari perkiraan 8.000, mengingat banyak jenazah yang terkubur di bawah reruntuhan atau di kuburan darurat yang berisi banyak jenazah.
Penulis penelitian ini melakukan wawancara terhadap 240 orang, yang sebagian besar merupakan pengungsi warga Mariupol, dan menganalisis catatan lokal, citra satelit, dan foto untuk mencapai kesimpulan.
Mariupol menjadi simbol perlawanan Ukraina selama serangan Rusia yang tiada henti, karena Moskow menjadikan perebutan kota tersebut sebagai salah satu prioritas utamanya pada bulan-bulan pertama perang.
(Susi Susanti)